31. Bermalam

6K 1K 229
                                    

Ciye bermalam xixixi

Btw, nanti mau double update lagi nih. Tembusin komennya kayak biasa yuk cintah 🤤

Ada typo ingatkan ya makasi🤌🏻

🤼‍♂️🤼‍♂️

"Ini tehnya."

Salsa sedikit tersentak. Ia masih duduk di tempat sebelumnya, sementara Albert ke dapur untuk membuat teh. Ternyata ia sedari tadi tidak begitu fokus menghitung waktu. Padahal sebelum ini, bersama Albert selalu membuatnya kurang nyaman hingga berharap detik cepat berjalan.

"Obatnya udah diminum?" tanya Albert lagi.

Salsa berikan anggukan sebagai jawaban. Tangan kanannya meraih cangkir hitam yang sudah diletakkan di meja. Tidak begitu panas, sedikit hangat. Jemarinya menyentuh pinggiran cangkir sekilas untuk memastikan kalau minuman ini memang tidak menimbulkan lidah kebakaran kalau diseruput.

"Cuma hangat. Minum aja biar mualnya berkurang."

Lagi-lagi Salsa tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia mengaitkan jemarinya pada pegangan cangkir agar terangkat dari saucer. Saat kepulan tipis terhidu olehnya, ia memejam. Wangi.

Pelan-pelan Salsa menyeruput teh. Sensasi hangat mengalir di tenggorokannya. Tanpa sadar ia tersenyum. Sedikit ia jauhkan cangkir dari mulut sebelum kembali menyeruput. Tapi seketika Salsa terpaku.

Karena wajah Albert di sampingnya, begitu dekat. Lelaki itu berdiri membungkukkan tubuh hingga dua lengannya menempel di meja. Kepalanya miring seolah memperhatikan Salsa dengan lekat. Belum lagi, senyum yang Albert beri itu mampu membuat jantung Salsa berdebar kencang.

Tanpa sadar Salsa meneliti baik-baik dalam sekilas. Alis Albert sangat tebal, dengan bulu mata yang juga rapat dan ujungnya berkeluk ke atas. Iris mata biru yang sekarang tertuju padanya bahkan terkesan hangat dalam tatapnya. Siapa pun yang diperlakukan Albert begini, Salsa yakin akan suka dalam sekali menatap.

Ada rambut halus di bawah pelipis, yang tumbuh di sepanjang garis rahang. Sedikit lebih tebal dari sebelumnya, kontras dengan warna kulit Albert yang cerah. Ia tebak, Albert pasti belum bercukur. Lalu rambut di bawah hidung serta di dagu, tidak lebih tebal dari sekeliling rahangnya.

Atau ... Albert hanya mencukur bagian dua itu saja? Iya, mungkin. Dan entah kenapa, penampilan Albert yang ini sangat jauh berbeda dengan lelaki itu saat masih SMA. Albert yang sekarang terlihat manly, dewasa, dan sangat tampan. Pasti bukan hanya idaman wanita seumurannya, para remaja mungkin suka, apalagi wanita yang menjelang puber kedua. Ah, tidak lupa juga, satu gender yang punya orientasi seksual berbeda pun akan melirik lelaki itu. Pasti.

"Salsa ...."

Panggilan lirih itu menyadarkan Salsa dari keterpanaan. Ia baru ingat sedari tadi tepi cangkir masih menempel di bibir, membuatnya meneguk teh sampai tandas. Tepat saat panggilan Albert ia dengar, Salsa terkejut hebat. Membuatnya tiba-tiba susah bernapas karena sesuatu mengaliri tenggorokannya tanpa henti. Mengakibatkan suara batuk terdengar, dan sisa minuman di cangkir mengalir di sekitar dagu.

"Hei, hati-hati." Albert menarik kursi dan duduk di samping Salsa, mengulurkan ibu jarinya untuk mengusap dagu Salsa yang basah.

Salsa makin tremor. Ia meletakkan cangkir kembali di meja, suaranya sedikit keras menyerupai bantingan padahal ia tidak berniat begitu. Refleks ia meraih tangan Albert yang ada di wajahnya, lalu ia genggam ibu jari Albert. Berusaha mengelap sampai bersih.

Ini memalukan. Tadi Albert mendapatinya muntah air tidak jelas, dan sekarang harus melihat Salsa tersedak begini. "Jangan lagi," kata Salsa panik, saat Albert hampir menarik tangannya dari genggaman, untuk membersihkan sekitar bibir Salsa yang belepotan teh tumpah.

Terjebak Ex ZoneWhere stories live. Discover now