3. (3.285)

9.8K 1.6K 428
                                    

Angka togel.

Masih tiap hari, soalnya lemah liat komen. Ramean dikit udah baper. Jadi sayang Albert🥰

Ohya!
Mohon nggak skip narasi-narasi manjahnya ya. Semua alur udah dijelasin lewat narasinya 🤙🏻

🤼🤼

"Bos beneran nggak apa-apa?"

Mungkin Joko menyadari perubahan Albert sejak ia memberikan info yang didapat. Hingga Albert yang kini bersandar di dinding samping pintu apartemen, terlihat pucat pasi.

"Saya nggak apa-apa," kata Albert lirih, suaranya seperti berasal dari jarak yang sangat jauh.

"Tadi jalannya sempoyongan."

"Saya masih jet lag." Albert memberi senyum kecil, lalu berusaha berdiri tegak dengan kedua kakinya.

"Kalau begitu, saya mau lakuin tugas saya buat ke toko bunga dulu. Memastikan benar nggaknya data yang tadi saya dapat. Saya pasti akan mengabari Mas Albert secepatnya."

Albert mengangguk. "Harus secepatnya. Nggak perlu banyak informasi, cukup pastiin apa dia benar udah bertunangan. Kalau iya, saya langsung cari tiket buat balik ke Amsterdam."

Joko terlihat kaget.

"Jangan lupa pastikan, apa dia benar-benar bahagia. Saya percaya kamu pasti ahli dalam hal itu."

Niat Albert dari awal setelah mendapat info tentang Salsa, ia akan segera menemui. Tapi jika Salsa sudah punya kekasih dan bahagia, tidak mungkin Albert tiba-tiba datang dan mengacau.

Jadi pilihan tepat saat Joko menawarkan untuk memvalidasi data tadi dengan cara mencari fakta sebenarnya. Albert memercayai Joko dengan penuh.

"Kamu boleh pergi sekarang. Ini Sabtu malam, mungkin dia pergi sama tunangannya kan?" Albert berat mengatakan ini. Salsa bertunangan. Dan itu bukan dengannya. Salsa tidak mungkin menunggunya, si bajingan pengecut.

"Baik. Permisi."

Albert mengamati punggung sopirnya yang menjauh, berjalan di tengah lorong dan masuk ke lift. Albert bergeser. Gerakannya amat pelan saat menghadap pintu. Masih sama seperti terakhir kali ia ingat. Meski dulu ia tidak tahu kapan pulang, tapi tetap tidak menjualnya ke siapa pun.

Sering kali apartemen ini ditempati kakaknya kalau pulang ke Indonesia—kakak laki-lakinya memang kerap bolak-balik. Atau oleh orang tuanya agar ruangan tetap terasa hidup.

Albert sengaja, karena menjual apartemen sama saja melepas sebagian kenangan. Sedangkan ia tidak mau ingatan tentang Salsa hilang begitu saja. Hanya satu kali Salsa ia ajak ke apartemen, namun kesan yang ditinggalkan teramat berharga.

Saat pintu terbuka, Albert hampir menyerah. Napasnya terasa sesak melihat seisi apartemen. Tiap sudut seakan melemparnya ke malam itu. Tapi ia harus menyusuri penyesalannya sendiri. Jadi mau bagaimana pun, ia masuk dan menghadapi.

Lampu sudah menyala, dan Albert meletakkan koper di belakang pintu. Nyatanya ia masih jadi pecundang. Untuk mengangkat pandangan saja butuh waktu lama. Yang bisa dilakukannya hanya menunduk, menatapi lantai keramik bermotif kayu dengan garis horizontal yang terlihat samar.

"Gue tunggu di sofa aja ya, Al. Lo ganti baju, gih."

"Nggak mau ikut masuk kamar? Mau liat dekorasi kamar gue katanya."

"Boleh?"

"Boleh. Nanti gue ganti di kamar mandi."

Salsa selalu tertarik dengan tiap sudut ruangan rumah maupun apartemen Albert. Saat Albert menceritakan betapa unik ide papanya untuk mendekor, perempuan itu pasti antusias. Beberapa kali Albert bahkan mengirimkan foto bagian rumah dan kamarnya. Tapi malam itu, Albert memutuskan mengajak Salsa untuk melihat secara langsung.

Terjebak Ex ZoneWhere stories live. Discover now