20. Gencet

6.4K 1.1K 216
                                    

Masih ada draft nganggur abis ini wkwk
Ramein yuk 🥰

🤼‍♂️🤼‍♂️

Sorry, Al. Gue baru beres.
Baru mau balik ke rumah.
Apa gpp kalo nunggu gue 30 menit lg buat prepare?

Terkirim. Salsa mengembuskan napas lega. Ia masuk ke dalam mobil setelah meletakkan ponsel di jok penumpang. Parah, ia kekurangan florist hingga mengharuskan cari tenaga sampingan. Salsa sudah menebak ini sejak kemarin sebenarnya. Tapi tetap tidak menyangka kalau kekurangannya sebanyak itu.

Salsa janji setelah ini benar-benar mengurus semua hal manajerial dengan lebih baik. Proses rekrutmen akan ia jalankan secepat mungkin biar semua lebih terarah lagi. Mengurus semua seorang diri ternyata memusingkan.

Apalagi tadi sore ada pihak kepolisian yang datang ke tokonya. Salah satunya meminta keterangan dan bukti berupa rekaman cctv beberapa malam yang lalu. Itu sudah pasti tentang perampokan. Tapi bukan di situ intinya. Karena Albert yang jadi korban. Ia tahu keluarga Albert tidak membiarkan siapa pun pelakunya bebas berkeliaran. Jadi mau tidak mau, Salsa juga ikut diperiksa.

"Duh, macet banget lagi," keluh Salsa saat di lampu merah. Bayangkan, ia sudah terhalang dua kali pemberhentian dan lampu hijau tetap tidak terkejar saking panjangnya kendaraan mengular.

Saat Salsa menoleh ke samping kiri, ia menyadari layar ponsel menyala. Ada notifikasi dari Albert. Ia meraih ponsel dan membacanya tanpa membuka WA.

Albert
Nggak apa-apa, Salsa. Perlu gue jemput?

Padahal Albert pasti tahu Salsa bawa kendaraan sendiri, kenapa harus menawarkan begitu?

Baru juga Salsa akan meletakkan kembali ponsel, ada notifikasi baru lagi.

Albert
Istirahat dulu kalo capek. Kalo udh siap kabarin ya. Jam berapa pun gue oke.

Salsa menggigit bibir bawahnya dengan kalut. Jam berapa pun Albert tidak masalah katanya. Tapi ini permasalahan janji Salsa yang sudah mengiyakan selepas jam 8 malam. Dan sekarang sudah lewat jam 8. Ia tidak mau kelewatnya terlalu lama. Salsa bukan tipe orang yang menggeser waktu janji begitu molor. Jadi ia tidak enak hati sendiri.

Albert
Hati-hati nyetirnya. Nggak perlu ngebut.

Pesan masuk itu kembali Salsa terima tepat saat klakson berbunyi. Ia melongok ke depan dan sadar kalau lampu sudah hijau. Kembali Salsa jalankan mobil dengan kecepatan yang lebih dari biasanya.

Salsa jarang lewat jalan selain jalur utamanya selama ini. Tapi demi menghemat waktu, ia belokkan ke jalanan pintas. Meski cukup sempit tapi paling tidak, lajunya bisa terkendali.

"Inget, Sal. Kalo makhluk Mars itu lagi jelasin, lo diem aja dulu. Tanya yang perlu lo tanyain. Walau gue paham itu susah buat nahan emosi apalagi yang menyangkut perasaan sakit lo. Tapi demi selesein semua, gue harap lo bisa dengerin dulu. Terus lo pikirin semaleman, baru lo bisa bilang ke dia tentang keputusan akhir lo."

Salsa mengingat itu baik-baik. Sesaat sebelum pergi, ia minta saran tadi ke Mira. Biasanya orang jomlo justru lebih bijak menanggapi masalah percintaan. Mira contohnya. Mungkin besok kalau Mira giliran ada masalah dengan asmara, Salsa gantian jadi pihak yang bisa memberi pencerahan.

Soalnya kalau lagi dalam masalah begini, pikirannya buntu dan perlu ada pihak lain yang menyadarkan, atau sekadar melihat dari sudut pandang mereka. Bagi Salsa, Mira orang yang tepat.

"Oke, gue nggak boleh marah-marah." Salsa merapal itu dalam bentuk gumaman, sembari menyetir meski penerangan jalan tidak seterang jalan raya utama. "Abis itu, udah, selesai. Urusan gue sama Albert selesai."

Terjebak Ex ZoneWhere stories live. Discover now