52. Pergi Berdua, Pulang Bertiga

6.4K 1K 653
                                    

Karena menjelang TAMAT, jadi main tantangan aja ya. Challenge kali ini komen terbanyak. Terhitung 1x24 jam dari sekarang. Yang beruntung nanti akan dikirim parcel sama Albert. Ayo gas👀
Pengumumannya biasanya di ig 🥰

Selamat membaca.

🤼🤼

".... Benar kan?"

Kalimat panjang yang diucapkan Salsa dengan lirih dan mata merebak, terus bergaung di telinga Albert. Tentang kondisi keluarganya saat ini, yang memang benar perkiraan Salsa. Tapi Albert tidak mungkin mengiyakan.

"Sal." Tangan Albert merangkum wajah Salsa, menyeka air mata di pipi putih Salsa yang kini terlihat sangat pucat. Ia sadari keadaan Salsa tidak baik-baik saja. Panas tubuh perempuan itu sempat terasa saat tadi mereka saling mendekap. "Papa sama Mama cuma butuh waktu buat nerima kenyataan ini. Percaya sama aku, kami akan tetap di pihak kamu. Apa pun yang terjadi."

Salsa membiarkan bulir dari matanya terus menetes. Ia memejamkan mata dan merapatkan pipinya pada sentuhan telapak tangan Albert yang sedang mengusapi wajahnya. "Om sama Tante berhak nolak aku kok, Al," gumamnya.

"Nggak." Albert menggeleng. Ia menunduk dan menatap serius pada kedua mata Salsa. "Papa sama Mama nggak mungkin nolak kamu."

"Tapi apa mereka bisa nerima kalo Bu Ningrum itu nenekku?"

"Nerima kamu nggak harus nerima Bu Ningrum juga, Salsa."

"Harus, Al," sentak Salsa dengan suaranya yang serak. Sekarang ia usap wajah dengan cepat, menghalau air mata yang turun sedari tadi. Lalu ia balas tatapan mata biru Albert dengan sama seriusnya. "Aku ini cucunya penjahat. Kamu lupa?"

"Nggak apa-apa selama bukan kamu penjahatnya." Albert berkata lebih tegas. Tatapannya tidak selembut sebelumnya. Agar Salsa tahu bahwa perdebatan ini tidak ingin ia perpanjang.

Salsa menunduk, merasa menyerah mendebat Albert. Lelaki itu terlihat serius ingin menghentikan percakapan tentang ini.

"Yang penting sekarang ...." Suara Albert lebih lembut. Ia meraih dagu Salsa agar mereka bertemu tatap. "Kamu harus sembuh dulu. Badan kamu agak panas. Kamu demam?"

Salsa tidak menjawab. Sungguh, masih banyak sekali ketakutan dalam dirinya. Ia butuh melampiaskan.

"Ada yang mau diomongin lagi?" Albert sadar Salsa belum selesai mengutarakan. Ia merasa salah memaksakan perdebatan mereka berakhir. Bukannya yang terpenting justru membiarkan Salsa mengeluarkan keresahan walau kalimat yang dikeluarkan tidak lain adalah ketakutan yang belum terjadi? "Keluarin aja. Aku dengerin. Aku nggak berhentiin lagi."

Salsa belum menjawab dalam waktu yang cukup lama. Albert akhirnya menuntun Salsa agar mereka berjalan ke sofa yang ada di kamar hotel dan duduk di sana. Dipeluknya lagi tubuh Salsa untuk memberi ketenangan. "Kamu masih punya banyak orang yang peduli dan sayang sama kamu, Sal. Tapi kalau kamu merasa cuma aku yang kamu punya, aku akan berusaha jadi segalanya buat kamu."

Salsa masih memejamkan mata menerima pelukan dari Albert. "Aku nggak mau selain kamu, Al," bisiknya.

Albert mengangguk.

"Tapi aku masih takut kalo ketemu Om sama Tante. Kalo sikap mereka jadi beda ... gimana?"

"Jangan ketemu dulu kalau gitu." Albert memang berniat belum mempertemukan selama papa dan mamanya belum membahas masalah ini duluan. Karena selain percakapan di ruang tamu waktu ada Wira, mereka belum berdiskusi lagi tentang ini. Tadi pagi saat papanya telepon, Albert hanya jawab sedang di rumah Salsa karena perempuan itu pingsan begitu tau kenyataan ini dari kedatangan Ningrum. "Aku yakin Papa sama Mama akan lakukan yang terbaik. Sabar dulu ya."

Terjebak Ex ZoneWhere stories live. Discover now