6. Lima Menit

8.3K 1.4K 392
                                    

Lima menit lagi ahahah (jangan dibaca terpisah)

Baru kali ini nyelesein part ini cuma berapa jam doang. Albert emang mantap sih bujuk rayunya:(

🤼🤼

"Tapi makhluk Mars tadi cute banget tau."

"Komat kamit, senyum-senyum sendiri, kayak lagi hafalin apa gitu."

"Gue kasian sama dia."

"Iya juga. Mukanya langsung merah karena malu."

"Justru itu, keliatan kalo dia nggak pro deketin cewek. Pasti bukan pemain tuh."

Salsa masih menahan diri untuk tidak mengganggu percakapan yang terdengar mengasyikkan dan menggebu di antara karyawannya. Padahal sedang closing toko. Ada yang bersihin lantai, mengelap kaca, memungut sisa-sisa produksi, tapi mulut mereka juga ikut bekerja.

"Nah, tanda-tanda bukan playboy."

"Tapi gifts yang dikasih keren-keren. Mungkin dia lebih suka nunjukin perasaannya lewat hadiah-hadiah gitu."

"Poor, makhluk Mars. Ekonomi elit, gombalan sulit."

Tawa itu terdengar di seisi ruangan.

"Gemesin si makhluk Mars."

Salsa geleng-geleng kepala saat sikunya disenggol Mira. Ia memang sedang di samping Mira, merekap pendapatan harian.

"Gemesin katanya, Sal," bisik Mira, sambil terkikik.

Kalau mereka tahu bagaimana berengseknya Albert, Salsa yakin tidak akan ada kata cute, gemesin, dan pujian lain.

"Itu mantan atau orang baru?" tanya Mira sambil lalu, menandakan kalau pertanyaannya tidak harus dijawab.

"Bukan mantan." Salsa meraih mouse untuk melihat total pendapatan di layar monitor. "Waktu gue tinggal balik ke rumah tadi rame banget pasti ini."

Mira mengangguk. "Yang buket classic hari ini banyak yang pesen. Itu orang di ruang produksi tadi beberapa maju soalnya florist di depan kewalahan cuma 3 orang."

"Asalnya dari mana ya dia kok matanya biru?"

"Kata lo dari Mars, gimana sih?"

"Ya nggak beneran juga diimpor dari sana kali!"

"Inggris? Spanyol? Perancis? Amerika?"

"Atau Netherland?"

"Belanda banyak bermata cokelat kayaknya, tapi ada yang biru juga sih."

"Tapi bisa aja dia blasteran kan?"

"Iya kayaknya. Bahasa Indonesia-nya nggak ada logat bule tuh."

"Waaah, blasteran. Yang belang emang lebih dahsyat pesonanya."

"Mir." Salsa berdecak dengar percakapan tiada hentinya itu. "Emang biasa kayak gitu?"

"Kayak nggak paham aja." Mira tertawa dan selesai mengirimkan laporan harian. "Tiap ada customer ganteng pasti mereka puji-puji terus sampe mampus."

"Albert nggak begitu ganteng."

Mira melotot. "Albert yang kayak gitu lo bilang nggak begitu ganteng? Terus yang ganteng menurut lo itu gimana, Salsa?"

Salsa meringis, salah bicara sepertinya. Ia tidak merasa dirinya sempurna, hanya saja, baginya Albert tidak se-ganteng yang mereka pikir kalau tahu apa yang sudah pernah dilakukan padanya.

Terjebak Ex ZoneWhere stories live. Discover now