25. Purple Letter (END)

32 10 10
                                    

Segala bentuk kurangnya tanda baca, kata ataupun kalimat yang rancu. Tolong untuk berkomentar, ya! Aku ingin memperbaikinya sedikit demi sedikit. Terima kasih. ^•_•^

***

Aku menatap rumah Sunny yang kosong. Tiga puluh menit lalu aku baru saja datang dari rumah sakit. Perawat di sana mengatakan jika keluarganya meminta izin untuk mengajak Sunny keluar hanya untuk hari ini. Jika tidak di rumah, lalu ia pergi ke mana?

"Sunny, kamu pergi ke mana?" lirihku sambil menatap rumahnya. Pandanganku teralih saat melihat tiga anak kecil yang melintas sambil membawa bola. Aku langsung berpikir dengan taman tempat biasanya Sunny bertemu dengan Moon. Tempat di mana aku mengatakan kepada semua orang jika Sunny adalah kekasihku.

Dengan cepat, aku melajukan motorku menuju taman. Aku memakirkannya sembarang dan berlari menuju ke tengah taman. Selama tiga puluh menit aku mengelilingi taman tersebut, tetapi tak ada keberadaan Sunny yang aku temukan.

"Monday, tolong angkat teleponnya!" seruku frustrasi sambil melihat layar ponselku yang masih berdering tanpa ada tanda-tanda akan dijawab.

"Sekarang sudah sore, aku harus mencarimu ke mana?"

Beberapa saat kemudian ponselku berdering. Aku berpikir jika itu dari Monday, ternyata bukan. Telepon dari Moon, kakakku. Itu yang terlihat pada layar ponselku.

"Halo, ada apa?" tanyaku langsung pada Moon.

"Kau sudah ke rumah sakit?"

"Sudah, Sunny tidak ada di sana. Katanya ia pergi keluar bersama keluarganya."

"Kemarilah, dia ada di sini!"

Aku terdiam, dengan cepat aku bertanya, "Kau ada di mana?"

"Cepatlah, matahari akan segera terbenam! Sunny sedang duduk di atas pasir sendirian. Dia ... menunggu matahari terbenam."

Suara Moon terdengar sangat sedih di sana. Aku mulai teringat dengan diriku dan Sunny saat melihat matahari terbenam pada waktu lalu.

"Kak! Kak! Mataharinya mulai terbenam!"

"Aku tidak apa-apa, aku hanya terharu bisa melihat matahari terbenam, Kak. Terima kasih banyak."

Hingga aku tersadar dengan percakapan selanjutnya, aku yang menyatakan perasaanku.

"Aku mencintaimu, Sunny."

"Akan aku jawab nanti."

Sunny belum menjawab perasaanku. Hari ini, entah kenapa aku merasa jika ini adalah kesempatanku. Aku tidak ingin kehilangannya. Aku tak akan membiarkannya tenggelam sendirian.

Motor kulajukan dengan cepat. Persetan jika nyawaku terancam. Gadis itu pasti sedang menungguku. Gadisku pasti sedang sendirian. Gadisku tidak akan membiarkanku sendiri, 'kan?

Sesampainya di sana, aku berlari cepat menelusuri pantai. Pada beberepa titik, aku melihat sekumpulan orang bediri sedikit jauh menatap gadis yang kini sedang duduk sendirian di depannya. Aku berjalan perlahan mendekati mereka. Pandanganku mengarah pada kumpulan orang itu. Mereka adalah keluarga Sunny dengan Moon dan Wina. Semuanya tampak sedih. Apa mungkin mereka terharu dengan mataharinya?

Moon yang melihatku, mengangguk dan menggerakkan kepalanya seperti menyuruhku untuk menghampiri gadis yang duduk sendirian di sana. Aku tak ingin mengartikan semua perasaan mereka, dengan cepat aku berjalan menghampiri gadisku.

"Sunny," panggilku. Namun, gadis itu menoleh dan tersenyum. Ia menepuk pasir di sebelahnya agar aku duduk di sana. Aku menurut.

"Mataharinya cantik, ya?" tanyaku sambil menatap wajahnya penuh. Gadis itu sedikit mengerutkan alisnya dan mengangguk semangat.

The Thing He Has: A Purple Letter [END]Where stories live. Discover now