19. Segalanya Rumit

8 7 15
                                    

PoV ketiga lagi ^^

Segala bentuk kurangnya tanda baca, kata ataupun kalimat yang rancu. Tolong untuk berkomentar, ya! Aku ingin memperbaikinya sedikit demi sedikit. Terima kasih. ^•_•^

***

"Berani-beraninya kamu mencium Moon!" teriak seorang gadis sambil menampar pipi gadis di depannya.

"Moon yang menciumku! Bukan aku!" serunya tak kalah dengan gadis yang sudah menamparnya.

"Monday, si anak olimpiade. Kamu tahu? Kamu sedang berhadapan dengan siapa? A-nak do-na-tur se-ko-lah! Tanpaku sekolah ini sudah tak layak untuk otak sok pintarmu!"

Gadis itu kini menekan-nekan keras kepala Monday dengan telunjuknya. Rebecca namanya, gadis yang kini menyudutkan Monday ke dinding, menatap gadis di depannya dengan benci. Monday yang dipegang erat kedua sisi oleh teman Rebecca tak bisa berkutik. Ia hanya mampu menatap tak terima ke arah gadis di depannya.

Beberapa kali tamparan telah dilakukan. Beberapa kali hinaan dia keluarkan. Monday tetaplah Monday, dia sama keras kepalanya seperti Sunday. Monday membalas setiap ucapan dan masih menatap Rebecca nyalang.

Sunday berlari cepat ke kelas saudarinya. Dia baru saja dari perpustakaan, beberapa orang yang Sunday lewati menyuruhnya cepat-cepat. Sunday tahu yang terjadi dan sialnya semua guru dan staf sekolah sedang melayat, tak ada yang bisa ia mintai pertolongan. Sebenarnya, sekolah sudah memulangkan siswa dari sejam yang lalu. Namun, entah alasan apa yang membuat masih banyak anak-anak di sekolah. Sunday berpikir jika ia harus pergi ke sana, secepatnya.

Sesampainya di sana, Sunny mendapati banyak orang yang berkerumun. Di sana, Sunny merasa sangat marah. Ada seseorang yang tengah dirundung, tetapi mereka hanya menonton. Monday, gadis yang tengah dirundung adalah gadis yang mereka sanjung. Dulu, ia adalah gadis yang dengan sigap mereka lindungi jika terluka. Gadis yang membanggakan sekolah. Sunny benci saat orang-orang itu hanya melihat dan tak membantu. Dia benar-benar membencinya.

Sunny menerobos kerumunan orang-orang di sana, dia melihat Monday yang masih ditampar oleh Rebecca. Rebecca adalah gadis yang sama dengan gadis yang mengurungnya di kamar mandi. Monday tetap menatap Rebecca tajam, walau wajahnya meneleng beberapa kali mengikuti tamparan. Sunny sudah muak, dia berjalan cepat untuk memberikan Rebecca pelajaran. Namun, langkah Sunny terhenti saat seorang pemuda berjalan mendahuluinya dan menahan tangan Rebecca yang hendak menampar.

"Hentikan," titah pemuda tersebut.

Rebecca mendecih menatap pemuda yang kini menghentikan aksinya. Dia juga melihat ke arah belakang pemuda itu, seorang gadis lainnya yang dia benci.

"Kamu dan gadismu sudah merusak karir seorang aktor. Kenapa kau tidak berciuman lagi seperti video yang viral kemarin? Aku juga ingin menyaksikannya secara langsung." Rebecca menarik cepat tangannya yang ditahan. Chandra menatapnya tajam, tetapi gadis itu tak memedulikanya.

Dengan cepat, Rebecca mengayunkan tangannya yang lain untuk menampar Monday. Namun, seseorang mencekal pergerakannya lagi.

"Video perundunganmu mungkin akan viral sebentar lagi. Sayangnya aku sudah mengirimkannya ke beberapa tempat. Hentikan, Becca. Berhentilah!"

"Kak Ren," gumam Rebecca pelan.

Yang disebut Ren hanya diam dan menatap dingin ke arah Rebecca. Ren kemudian menarik Monday dari pegangan dua teman Rebecca. Sesaat kemudian Chandra menarik tangan Sunday dan pergi mengikuti Ren. Orang-orang di sana mulai berbisik-bisik, tetapi mereka cukup mengerti dengan memberikan jalan.

Di saat jarak dari tempat tadi sudah sedikit jauh, Sunny melepaskan pegangan Chandra dengan kasar. Hal itu sontak membuat Chandra berhenti dan menatap Sunny. Sunny sudah menampilkan raut tak sukanya secara jelas.

The Thing He Has: A Purple Letter [END]Where stories live. Discover now