24. Tolong, Ya, Monday!

8 9 6
                                    

Pov ketiga, ya!

Segala bentuk kurangnya tanda baca, kata ataupun kalimat yang rancu. Tolong untuk berkomentar, ya! Aku ingin memperbaikinya sedikit demi sedikit. Terima kasih. ^•_•^

***

Sunny terbaring selama seminggu di sana. Kata dokter, ia harus dirawat secara maksimal agar Sunny dapat bertahan. Sunny hanya menatap kosong pada lembaran kertas di depannya. Kertas yang berada di atas meja kecil berlipat dan di bawah kakinya menjulur ke depan dalam duduk.

"Sayang, kamu menulis apa?"

Mamanya Sunny mendekati putrinya. Sunny hanya tersenyum sembari menunjukkan coretan asal yang ia buat. Mamanya hanya menatapnya sendu.

Sunny menulis dalam kertas tersebut, 'Mama sudah makan?'

Sang Mama yang melihat tulisan putrinya mengangguk antusias. Ia kemudian menaikkan sebuah kantong plastik berisi berbagai buah dan roti yang Sunny minta. Sunny tersenyum dan meraih plastik tersebut.

Beberapa saat kemudian ada seseorang yang membuka pintu ruangannya secara cepat. Sunny hanya terpaku melihat siapa yang datang. Dibelakang orang tersebut, Monday datang sambil terengah-engah.

Mama Sunny berdiri dan mendekati mereka yang berada di dekat pintu. "Kenapa kau datang kemari? Kau ingin seluruh dunia tahu jika putriku sakit, Moon?"

"Tante, aku ingin melihat Sunny sebentar," pinta Moon kepada Mamanya Sunny.

"Tidak akan aku biarkan!" serunya sambil mendorong Moon dan Monday keluar. Monday dengan cepat menahan pergerakan Mamanya. Mama Sunny hanya terdiam melihat tindakan putrinya.

"Tolong izinkan Moon menemuinya, Ma. Aku akan ikut mengawasinya," ujar Monday meyakinkan Mamanya.

Sang Mama hanya terkekeh dan berkata, "Apa kalian sekarang benar-benar menjadi kekasih? Mama tidak akan membuat Sunny bertambah sakit. Monday, kamu seharusnya memikirkan kakakmu!

"Tapi, Ma ...," ucapan Monday terpotong.

"Hanya kali ini, biarkan saya meminta maaf kepada Sunny," kata Moon mencoba meyakinkan Mama Sunny. Mama Sunny menghela napas lelah, dia memalingkan wajahnya sambil tersenyum tipis. Secara kasar ia menyisir rambut sebahunya yang tergerai.

"Hanya kali ini, Moon. Sunny butuh lebih banyak istirahat!" tekan Mama Sunny yang langsung Moon angguki. Monday mengucapkan terima kasih kepada mamanya walaupun ia tak di gubris.

Monday mengajak Moon masuk. Di sana Sunny sudah memperhatikan pintu sedari tadi. Saat mereka masuk, Sunny sedikit tersentak mendapati siapa yang datang.

"Sunny, apa kamu sudah makan? Maaf mengganggu istirahatmu, aku ...," ucap Moon terpotong saat mendapat cubitan dari Monday. Moon menatap Monday bingung, Monday semakin menarik Moon mendekati Sunny. Sunny hanya tersenyum melihat mereka berdua yang duduk di kursi pada sisi ranjang yang sama.

Sunny kemudian mengambil sebuah buku yang berada di pangkuannya. Ia membuka kertas demi kertas pada buku itu beberapa kali, hingga tangannya terhenti pada sebuah halaman. Ia kemudian melipatnya dan menampilkannya kepada dua orang di dekatnya.

Mata Moon memerah menahan bendungan air saat membaca kata demi kata pada kertas itu.

'Aku tidak bisa bicara, aku kehilangan suara. Tetapi aku mengerti apa yang kamu rasakan. Aku baik-baik saja walau tak bisa memberikan kata-kata.'

"Sunny," lirih Moon tak percaya. Sunny kembali tersenyum, ia melihat ke arah adiknya. Monday yang mengerti akhirnya bangkit dan keluar. Hanya Sunny dengan buku dalam genggamannya dan Moon yang dipenuhi keterkejutan.

The Thing He Has: A Purple Letter [END]Where stories live. Discover now