51. Mencoba Memahami

340 51 17
                                    

Malam semuaaaa, part terakhir untuk hari ini yaa.. selamat membaca dan semoga suka😘🤩



Seharian penuh Flavio berbaring di ranjangnya dengan mata yang hanya berkaca-kaca tanpa air mata.

Seakan si empunya tidak sudi membiarkan air matanya terbuang percuma, dan sebisa mungkin menahannya dengan terus mendongak menatap langit-langit kamar.

Tok tok tok

Fara mengetuk pintu sebelum masuk kamar Flavio. "Vi, gue buatin matcha. Minum gih mumpung masih anget."

Flavio tidak menggubris. Fara menghela napas, mendudukkan dirinya di ranjang, menepuk-nepuk puncak kepala Flavio.

Membuat Flavio langsung memejamkan mata, dan saat itu pula satu bulir air matanya jatuh.

"Far, gue salah kemaren nampar Ax?"

Fara menggeleng cepat, "enggak!" jawabnya lugas. "Justru lo rugi kemaren cuma nampar dia sekali."

"Tapi gue ngerasa bersalah."

"Ya emang lo salah juga sih."

Mata Flavio memicing, menatap sengit Fara yang sama sekali tidak konsisten. Gadis itu bangkit, bersandar di kepala ranjang.

"Cowok itu harga dirinya tinggi, Vi."

"Terus cewek harga dirinya rendah, atau malah gak punya harga diri?"

"Ssst ... adek Flavio yang manis, dengerin Kakak Safara dulu, oke?" Fara mengipasi wajah Flavio dengan tangannya.

"Cowok itu punya naluri tinggi sebagai pelindung, apalagi untuk orang-orang yang mereka sayang."

"Harga dirinya juga gak kalah tinggi. Kemaren awal lo dateng, lo langsung bilang kalo lo bisa bantu Bos Ax lewat Om Yugo."

"Menurut gue itu udah jadi poin pertama lo nyinggung harga diri Bos Ax tanpa lo sadari. Bos Ax masih baik, masih bisa sabar, bahkan masih berusaha bikin lo tenang."

"Kedua, lo ngungkit Bos Ax yang selalu ikut campur sama masalah lo. Di sini harusnya lo paham, kalo itu juga termasuk naluri cowok untuk melindungi. Bos Ax masih sabar."

"Ketiga, lo ngebandingin diri lo sama Zea. Lo, cewek yang Bos Ax suka. Zea, cewek yang udah Bos Ax lupain. Lo ngerasa lebih rendah dari Zea, padahal lo gak tau seberapa memujinya Bos Ax ke lo."

"Keempat, yang menurut gue paling parah. Lo sebut Bos Ax mata keranjang. Bahkan lo bawa-bawa Zea yang lo sebut seksi. Di mulut bilang gak keberatan, tapi siapa yang tau kalo hatinya ketampar karena ucapan lo?"

"Sekarang andai dibalik. Bos Ax nyebut lo sebagai cewek murahan. Gimana reaksi lo kira-kira?"

Fara kembali menghela napas melihat keterdiaman Flavio. "Bibir Bos Ax berdarah karena tamparan lo, tapi itu gak ada apa-apanya buat cowok."

"Yang bikin gue salut adalah kontrol emosi yang Bos Ax punya ketika ngadepin lo. Kata Teo, kemarin waktu Bos Ax ngamuk di kantor, ibarat kata lalat pun gak berani ngedeket, Vi."

"Tapi kemaren pas lo injek-injek harga dirinya? Lo buat bibirnya berdarah?"

Flavio memeluk lututnya, kepalanya tertunduk dalam.

"Gue tau saat itu lo emosi dan cemburu. Tapi kalo cara lo nyelesaiin masalah kayak gini ... bukan gak mungkin kalo pada akhirnya Bos Ax akan balik ke Zea yang lebih lembut dan kalem."

"Lo bisa diem sebentar gak? Jantung gue sesek," lirih Flavio.

Fara mengusap-usap punggung sahabatnya, "minum dulu," ucapnya menyerahkan gelas berisi matcha.

Sweet IndependentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang