6. Percaya Penuh

834 166 61
                                    

Gaiss... di part ini akan banyak banget umpatan-umpatan yang gak boleh kalian tiru.

Pliss jangan di contoh ya... ambil baiknya kalo itu ada, buang buruknya jauh-jauh.

Oke, selamat membaca🥰

🦩🦩🦩

"Kalo kelola kafe di bilang gak masuk akal, apa Flavio bisa di sebut alesan masuk akal untuk saya pulang?"

Axelsen harus mempertanggung jawabkan ucapannya. Edgar membawa Ax pulang untuk bertemu dengan Tuan dan Nyonya Higashino atas perkataannya.

"Tuhan emang baik. Jadi ini kenapa kemaren rencana gue pas kempesin ban mobil Flavio gagal? Ternyata Tuhan udah nyiapin rencana yang lebih indah buat gue." Ax cengar-cengir, "Sori, Te. Ternyata gue gak perlu nurunin harga diri buat dapetin Flavio. Restu emak bapaknya udah gue kantongin. Derajat kita emang beda,"

Ax menahan senyum karena ucapan batinnya sendiri. Ia membayangkan bagaimana reaksi Teo kalau lelaki itu tau bahwa Ax sudah bertemu dengan Tuan Higashino tanpa merencanakan hal gila.

Ia juga tidak perlu memperkenalkan diri karena ternyata, Edgar sudah mengenalnya.

Keluarga Higashino menerima Ax dengan sangat baik. Tuan dan Nyonya Higashino sangat ramah kepadanya. Terlebih Mama Fani. Stefanie Gill. Wanita cantik berdarah asli Bulgaria.

Melihat Mama Fani, sedikit banyak Ax bisa melihat Flavio di sana.

Paras ayu khas eropa Mama Fani benar-benar menurun pada Flavio. Mendominasi perpaduan wajah Asia-Eropa yang tersemat di wajah cantik gadis itu.

Rambut coklat Mama Fani mengingatkan Ax saat ia memperhatikan Flavio menguncir rambutnya ketika akan makan.

Iris coklat terang ibu anak itu pun sama indahnya. Menyorot dari balik kelopak mata di bawah naungan alis yang tidak terlalu tebal, namun terlihat seperti di sisir rapi.

Tanpa di minta, benak Ax menampilkan wajah Flavio saat tersenyum lepas ketika mereka berada di panti kala itu.

Kulit Flavio putih bersih layaknya kulit gadis Jepang pada umumnya. Hidungnya mungil, dan sedikit runcing di bagian ujung. Sangat pas berada di tengah-tengah pipi putihnya yang sering memunculkan rona kemerahan dalam berbagai keadaan.

Pernah melihat wajah gadis Jepang yang pipinya selalu di hiasi warna merah muda walaupun pemiliknya sedang tidur?

Seperti itu pula wajah Flavio. Wajahnya benar-benar bagai menggunakan blush on sepanjang hari.

Sangat manis. Sangat menggemaskan sampai siapapun ingin mencubitnya.

"Makan, Bro." Edgar menepuk pundak Ax, mengajaknya makan malam bersama.

Dan Ax pun cepat berbaur dengan keramah-tamahan keluarga Higashino.

Rasa sungkan memang ada, namun perlahan lenyap begitu saja. Berganti kehangatan.

Flavio selama ini tinggal di tengah-tengah keluarga yang sehangat ini, tapi mengapa sikapnya sangat berbanding terbalik dengan seluruh keluarganya?

"Sedang memikirkan sikap Vio?" Papa Yugo bertanya seakan tau apa yang Ax pikirkan.

"Huh, ini salah Aunty. Dulu waktu hamil Vio, Aunty itu ngidamnya makanan-makanan yang hambar. Pokoknya makanan yang gak ada bumbunya. Kalo ada rasa asin atau manisnya dikit aja, Aunty pasti gak mau makan." Cerita Mama Fani.

Semua yang ada di meja makan tertawa. Walaupun beberapa dari mereka sudah pernah mendengar cerita ini, tetap saja saat Mama Fani yang bercerita selalu terasa berbeda, Mama Fani pandai menghibur.

Sweet IndependentWhere stories live. Discover now