Episode 62 : The Settlement

126 17 3
                                    

"Bo Hyun ... Bo Hyun!" Terbangun, Bo Hyun memincingkan mata. Wajahnya disinari cahaya terang dari senter smartphone. Bo Hyun belum bisa melihat jelas manusia yang menyinari wajahnya tersebut. Saat hendak bangun, mendadak tengkuknya terasa nyeri. Bo Hyun mengernyit kesakitan.

"Sini kutolong," ucap orang tersebut. Seiring kesadarannya, dia bisa mendengar suara keramaian yang makin jelas. Cahaya terang lampu di atas mobil, suara orang-orang yang berbicara. Bo Hyun memincingkan mata, menyadari siapa yang membangunkannya.

"Gong Tae. Jangan kau suruh anak buahmu ke atas!" ucapnya sambil menggenggam erat jaket hitamnya. Bo Hyun akhirnya sadar sepenuhnya.

"Tenang saja, Bo Hyun. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa para sandera di atas," jawab Tae bangkit berdiri. "Akan kuserahkan kau pada medis—"

"Tidak. Tidak, Tae." Bo Hyun memaksakan dirinya ikut berdiri.

Tae membungkuk menolongnya, membantunya bangkit.

"Tae. Di atas sana ada Kyungsoo."

"Kyungsoo?" Mata Tae membelalak terkejut.

"Dan ada Jihoon juga."

"Ya Tuhan." Tae memejamkan mata. Tak habis pikir mengapa orang-orang ini bertindak sendiri dan membahayakan nyawa mereka sendiri.

"Aku tahu kau akan marah—"

"Pertama! Mengapa kalian disini?! Dan kedua, mengapa kalian tidak menghubungiku?!" Wajah Tae sebenarnya merah padam karena marah. Akan tetapi kegelapan malam menutupinya.

"A ... Kami ... Saya pikir itu ... Sang Hyuk menginginkan reuni ... Itu membuatnya tenang ..." Bo Hyun tergagap.

"Tenang?! Sang Hyuk itu tak waras. Dia membunuh rekanku dengan keji, dia juga membunuh beberapa orang di penjara. Dia pasti tak segan juga membunuhmu." Mata Tae yang melotot terlihat berkilat memantulkan cahaya.

Bo Hyun menunduk merasa bersalah. Menoleh ke arah gedung dan melihat sosok manusia yang sedang berlari tergopoh-gopoh. Salah satunya sedang menggendong seseorang.
"Ta ... Tae ..." Bo Hyun menunjuk ke belakang.

Tae memincingkan mata.
Ketiga sosok itu mulai jelas. Jihoon sedang menggendong seorang anak kecil. Dita ikut berlari di sampingnya, matanya terlihat khawatir.

"Tolong ... Tolong dia ... SUCI!" Dita terlihat panik.

"MEDIS! Cepat kemari!" Tae berteriak meninggalkan Bo Hyun sendiri. Mendampingi Dita dan Jihoon.

Jihoon yang membopong Suci, berlari ke arah kerumunan dekat pintu luar proyek. Para petugas langsung berlari, memeriksa kondisi Suci.

"Luka tembak! Luka tembak.  Kumohon cepatlah!" Jihoon berkata sambil terengah-engah. Bo Hyun dapat melihat kemejanya yang berlumuran darah.

Air mata kekhawatiran turun dari sepasang orangtua itu.
Dada Bo Hyun terasa sesak tiba-tiba. Sang Hyuk ... Setega itu ... Itu anaknya sendiri ... Bo Hyun berbalik melihat ke arah gedung. Mendengar samar suara tembakan yang silih berganti lalu  mendadak sunyi.

***

Mata sang penjual rokok terbuka. Darah yang keluar dari mulut dan hidungnya menyiratkan bahwa kehidupan sudah tak lagi ada disana. Posisinya yang bersandar pada dinding kolom membuatnya terlihat seperti boneka yang jelek. Bedanya adalah boneka itu mengeluarkan darah.

Jantung Sang Hyuk berdegup kencang. Tangan kanannya mulai mati rasa. Dia butuh kain panjang untuk mengikatnya kuat. Darahnya terus mengalir, menetes di permukaan beton. Dia bisa mati kehabisan darah.

Mistake in Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang