Episode 51 : The Share

64 12 2
                                    

"Hello what's up?" Emily menelpon. Suaranya merupakan angin segar bagi Kyungsoo. Dia memang tidak mau mengakui tapi di sudut kecil hatinya dia merasa kesepian.

"I am great," jawab Kyungsoo dengan nada suara yang diantusiaskan.

"So you bought that company. (Jadi kamu membeli perusahaan itu)."

Kyungsoo tersenyum kecil. Tahu Emily pasti mengadakan sedikit riset sebelum menelponnya.
"Yea." Kyungsoo menjawab singkat, mengerti bahwa Emily pasti akan menyinggung hal tersebut. Mengumpulkan informasi adalah nalurinya.

"Oh. I'm kinda surprised. Looks like this ... means so much to you. After all these time ... (Oh. Aku agak terkejut. Sepertinya ini ... berarti banyak untukmu ... selama ini ...)

Kyungsoo terdiam. Dia tidak mungkin berbohong pada Emily. Karena dia adalah wanita yang pintar. Sama dirinya, Emily akan mengumpulkan pola perilaku dan mempertanyakan bila ada hal yang di luar pola itu. Menganggapnya suatu ketidakwajaran.

"You haven't done with it yet right? Until you destroy him? (Kamu belum selesai kan? Setelah kamu menghancurkannya?)"

Emily menggantung kalimatnya. Menginginkan Kyungsoo menjawabnya walaupun kemungkinan besar tidak. Setidaknya dirinya menyampaikan apa yang ada dibenaknya sekarang.

Emily selalu memikirkan apa alasan Kyungsoo ikut campur dalam urusan Sang Hyuk. Kalaupun dalam urusan membela keadilan seperti yang pernah dia bilang. Apakah sampai membeli saham perusahaan? Emily tahu adalah hal yang hampir mustahil dia membeli perusahaan entertainment. Kyungsoo adalah orang yang realistis. Sahamnya sebagian besar adalah saham tambang. Dia bahkan tak mau membeli saham teknologi.

"I really want to know the reason actually. It's more than lessons for what that he did with the women ... no? (Aku sebenarnya sangat ingin mengetahui alasannya. Itu adalah lebih dari sebagai pelajaran akan apa yang telah dia perbuat pada wanita itu ... bukan?)

Emily menyampaikan kecurigaannya dengan halus. Tanpa menyudutkan Kyungsoo. Di titik kecil hati Emily juga sebenarnya ada rasa kecewa akan mengapa Kyungsoo tidak memperhatikannya. Akan mengapa dia tidak lebih berusaha untuk mengikatnya dalam cinta. Mengapa Kyungsoo sibuk untuk urusan lain saat dia kembali kepadanya. Bahkan dirinya membantu mengurus urusan misterius itu walaupun dirinya tidak mengerti, mengapa dia melakukannya.

Telinga Kyungsoo terasa panas, kepalanya mulai terasa pening.
"I am sorry. I can't-"

"It's okay." Emily memotong kata-kata Kyungsoo. "Everybody has past. I'm not a saint either. I've also done some really bad things. (Semua orang punya masa lalu. Aku juga bukan orang suci. Aku juga telah melakukan hal-hal buruk.)"

Emily mampu menebak apa yang dilakukan Kyungsoo adalah salah satu bentuk pertanggungjawaban. Dan tebakannya adalah tepat.

Dada Kyungsoo merasa tidak nyaman. Mungkin Emily akan mengetahui kenyataannya. Akan tetapi, Kyungsoo berharap tidak untuk sekarang, setidaknya nanti saat dirinya yang berkata sendiri kepadanya.

"His name is Brian."

Kyungsoo terkejut mendengar Emily yang tiba-tiba menyampaikan sesuatu di luar topik. Dirinya mengerti, Brian adalah yang dimaksud saat Emily berkata I met someone di waktu yang lampau.

"I am sorry. I suddenly tell you that. (Maafkan aku tiba-tiba memberitahumu itu)." Emily tertawa dengan canggung. Entah kenapa Emily merasa Kyungsoo harus tahu. Mungkin karena Brian telah melamarnya dan Emily memutuskan untuk mempertimbangkan.

"Is he a good guy? (Apakah dia orang baik?)" Kyungsoo bertanya. Terasa ada sesuatu yang mendesak tenggorokannya. Tapi dia sudah biasa menyembunyikan perasaannya. Dia terlatih sejak kecil.

Mistake in Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang