Episode 37 : Gong Tae and Heon

104 12 2
                                    

Cahaya yang sangat terang masuk melalui sela-sela kelopak matanya. Dia masih bernafas. Belum meninggal. Sayup terdengar seseorang bicara, "Sudah sadar dia?" Suara seorang pria.

Pria itu bisa merasakan secara samar seseorang mendekati wajahnya.
"Sebentar lagi bangun. Lepas saja masker oksigennya. Boros." Sekali lagi  suara seorang pria.

Dia merasakan udara segar menghilang digantikan bau asap, ban terbakar, karat dan samar bau busuk.

"Belum mau bangun." Kali ini suara seorang wanita.

Terasa seseorang memasangkan sesuatu ke dalam lubang telinganya.
"Perlahan saja." Sesaat suara seorang wanita. Kemudian suara terompet yang sangat keras membuat kepalanya seperti mau meledak dan otaknya terburai. Matanya langsung membelalak selebar-lebarnya.

"HEI HENTIKAN! DIA BISA TULI!" Wanita itu memukul telapak tangan sang pria dan memutar tuningnya ke minimal.

Telinga sang pria dengan tangan dan kaki terikat di bangku berdenging dan sakit. Tubuhnya yang tadinya menegang sudah rileks karena suara tadi telah hilang. Dia dikelilingi bangkai kendaraan yang berkarat. Ada bakaran sampah yang baru dibuat. Sepertinya sengaja agar suhu bisa lebih hangat.

Seorang pria dengan mantel kulit mendekatinya. Tak perlu dikatakan. Sang pria terikat bisa merasakan. Instingnya berkata bahwa orang ini seorang polisi.

Pria terikat itu melihat sekitar. Walau bagaimana pun pria itu adalah orang suruhan profesional. Dia sudah siap dengan keadaan seperti ini. Akan tetapi melihat profil orang yang menculiknya. Dia merasa agak lega.
Seorang wanita dan pria yang sepertinya polisi. Mereka tidak akan membunuhnya. Lain cerita kalau dia tertangkap dengan sesama penjahat. Dia mungkin akan meninggalkan dunia dengan sangat menyakitkan.

"Aku tidak akan memberitahumu apapun," kata pria terikat itu dengan senyum menyeringai. Suara terompet kembali menghantam kepalanya. Sang pria terikat berteriak berusaha melepaskan rasa sakit dan juga berharap ada yang menolongnya.

Sang wanita kembali memukul-mukul bahu sang pria. Matanya melotot marah. Wanita memang suatu kelemahan. Tetapi dalam hal ini dia menyelamatkan gendang telinganya yang berdenging meminta ampun.

"Beritahu siapa yang menyuruhmu. Kalau tidak aku tidak akan mencegah kawanku ini menyiksamu lagi. Aku akan menutup mataku," ancam wanita itu.

Sungguh ancaman yang imut. Apakah wanita itu polisi juga? Sang pria terikat berbicara dalam hati sembari mengagumi wajahnya.

Melihat gelagat sang pria terikat. Gong Tae kembali memutar tuning, terganggu. Sang pria terikat kembali berteriak.

"JANGAN! Ihhh ..." Heon kembali memukul-mukul bahu Gong Tae.

"Loh? Kamu bilang kamu akan membiarkanku?" balas Gong Tae meledek perkataan Heon yang tidak konsisten.

"Iya tapi bagaimana jika dia jadi tuli. Dia tidak akan bisa mendengar kita," ucap Heon beralasan.

Sang pria terikat menyeringai kembali. Melihat ikatan pergelangan tangannya yang menyatu dengan lengan kursi, berpikir mungkin dia bisa melepaskan diri kalau ditinggal selama beberapa jam tanpa pengawasan. Dan mungkin setelah tangan dia bisa melepaskan kakinya.
Atau mungkin lebih praktis dia bisa memanfaatkan perasaan welas asih dari sang wanita.

"Sakit ..." Sang pria terikat meringis.

Gong Tae langsung memegang pergelangan tangan Heon yang sudah berniat menghampiri sang pria terikat. "Jangan. Dia hanya berpura-pura," ucapnya. Gong Tae mulai memperhatikan sang pria terikat yang mulai berakting, mengaduh. "Kulihat dia tidak akan mengatakan apapun sebaiknya kita keluarkan 'dia' sekarang."

Mistake in Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang