Episode 48 : Sleeping with Enemy

132 14 2
                                    

Heon melihat GPS-nya dengan seksama. Sudah dua kali dia keluar dari tol Seoul - Yangyang tapi dia tidak menemukan apapun. Heon menyerah untuk mengandalkan teknologi. Dia mulai mengandalkan pengelihatannya saja, menjaga kecepatannya stabil sambil melihat kanan jalan. Heon berhasil melihat sebuah pagar seng. Pagar itu memang tidak terlalu terlihat karena tertutupi semak.

Karena sudah terlewati, Heon harus berputar sekali lagi. Gong Tae benar harus mentraktirnya habis-habisan menimbang kesabarannya dalam membantu pekerjaannya.

Di lain pihak, dia tak habis pikir bagaimana perjalanannya ke Bali beberapa tahun lampau telah mengubah hidupnya. Menyusuri misteri kehidupan orang lain. Rasa ketagihan, kecemasan dan ketakutan akan apa yang akan tersibak.

Lokasi pagar seng yang mencurigakan akhirnya mulai dekat dan dia mulai memperlambat kecepatan mobilnya dan berbelok ke depan pagar itu.

Setelah Heon keluar dari mobil dan melihat pagar dari dekat. Heon kecewa saat melihat pagar itu dikunci. Dia tidak membawa apapun yang bisa membuat itu terbuka. Heon terpaksa menelpon Gong Tae. Setidaknya ada polisi di sampingnya saat dia memasuki properti orang lain.

***

Sebuah mobil sedan akhirnya datang menepi. Sosok yang sangat dia kenal keluar dari mobil itu.
"Sudah lama?"

"Lumayan." Heon berdiri dari posisi duduknya. Memukul-mukul pantatnya yang berdebu. "Aku baru sadar kau tidak pernah membawa mobil dinas." Heon menunjuk mobil hitam butut yang dibawa Gong Tae, alih-alih mobil biru putih dengan lampu besar kelap kelip di atasnya.

Gong Tae kebelakang mobil dan mengambil tang pemotong besi yang cukup besar. "Aku tidak akan membawa hal yang menghalangi pekerjaan." Gong Tae menjepit besi gembok yang melingkari 2 plat berlubang di pagar dengan moncong tang-nya. Lalu berusaha menyatukan kedua handle-nya kuat-kuat sampai urat di dahinya menonjol dan mukanya memerah.

Heon akhirnya membantunya dengan menstabilkan posisi moncong itu agar tetap pada tempatnya dan tak meleset. Sekaligus meringankan beban Gong Tae.
"Ini tak akan berhasil. Kau bawa gergaji besi?" Heon mendongak melihat Gong Tae.

Gong Tae langsung mengambil tang itu dan menyingkirkannya. Mengambil gergaji besi di dalam mobil.

"Biar aku saja," ucap Heon yang langsung mengambil alih gergaji itu.

Gong Tae melongo melihatnya. Kagum dengan wanita yang mempunyai kemampuan aneh seperti itu. Gong Tae ingat bagaimana dia menciptakan alat-alat untuk memanipulasi sang jongos. Suatu hal yang sia-sia karena dia berakhir tewas setelah membunuh rekannya, Wu Jin.

Tang potong cukup membuat bekas guratan agar posisi gergaji tidak meleset saat memotong. Beberapa saat kemudian besinya terbelah. Dengan sedikit gerakan memutar maka pagar tersebut terbebas dari gembok.

Keduanya saling tersenyum melihat sedikit pencapaian mereka. Lalu mendorong pagar seng berkarat itu berjarak selebar mobil dan melihat sebuah bangunan gudang tua di dalamnya.

Gong Tae menepuk bahu Heon menyuruhnya membawa kembali gergaji besi masuk kembali ke dalam mobil sementara dia membawa tang pemotong. Membawa mobil masuk ke dalam area bangunan akan lebih aman daripada mereka harus berjalan jauh ke dalam.

Mendekati gudang dari dalam mobil, Gong Tae bisa melihat sekilas bercak merah di atas paving block yang mulai tertutup rumput yang tumbuh dari sela-selanya. Setelah Gong Tae turun dari mobil memastikan, dengan langkah pasti menuju yang dia yakini sebuah bercak merah. Heon menyusul di belakangnya.

Mistake in Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang