Episode 46 : The Baby

122 16 2
                                    

"Jinsil!!" Wanita berponi itu mengibaskan tangannya bersemangat ke arah wanita berambut merah.

Wanita berambut merah pun bersemangat menyambut sang wanita berponi. "Young Ju!!"

Mereka lalu berpelukan dan saling berpegangan tangan.

"Ya ampun dah lama yah!" ucap sang gadis berponi.

"Berbulan-bulan?" tebak sang wanita berambut merah.

"Sepertinya begitu. Aku lupa. Terakhir aku mendengarkan gosip darimu mengenai ... Ya ampun. Sudahkah kau mendengar berita hari ini?" Mata wanita berponi melebar, yakin bahwa di pertemuan mereka kembali, dia akan mendapat berita segar.

"Oh sudah tentu saja." Wanita berambut merah tersenyum lebar sambil menyeruput Ice Americano di genggamannya.

"Sumpah kamu keren banget."

Sang rambut merah tersenyum heran mendengar kawannya tiba-tiba memuji.

"Walikota Bong itu dibunuh! Bagaimana kau bisa tau, ya ampun kawanku." Sang wanita berponi meletakkan tangannya di bahu sang wanita berambut merah, berdecak menunjukkan rasa bangganya.

Wanita berambut merah tertawa. "Aku pun tak menyangka terungkap seperti itu. Ceroboh sekali. Sungguh sangat ceroboh."

"Iya ya? Dan di depan pelacur yang tidak bisa berbahasa Korea?" Mereka saling menatap lalu meledak dalam tawa. Sang wanita menatap Ice Americano milik sang rambut merah lalu mendadak dia merasa haus. "Jinsil. Temani aku beli Caramel Frappuccino," ucapnya memelas.

"Ah iya. Mari kita ke kafe terakhir kita bertemu." Sang rambut merah mengajukan ide.

Sang poni menyukai ide tersebut dan mereka berjalan menuju ke sana.
"Jinsil. Tapi kenapa anggota parlemen itu tiba-tiba membocorkan rahasia seperti itu. Apa kau tidak heran?"

Sang rambut merah meletakkan telunjuknya di dagu, berpikir. "Aku tak tahu juga. Tapi mungkin dia keenakan." Dia terkikik.

"Ah masa ada yang seperti itu?" Sang poni ikut terkikik.

"Kau bagaimana kau dengan pacarmu? Ahh ... ahh ... Wonwoo ... Enak sekali ..." Sang rambut merah menirukan suara orang yang sedang orgasme.

Sang poni menepuk bahu sang rambut merah dengan sangat keras sampai minumannya hampir jatuh. Sang rambut merah malah tertawa keras.

"Iiih kau menjijikan. Enggak gitu! Lagipula kita dah putus."

Wajah si rambut merah berubah menjadi bersimpati. " Ah ... Maafkan aku sahabatku ..."

"Tak apa tak apa." Sang poni mengibaskan tangannya. "Tapi awas ya, kalo sekali lagi." Sambil menunjukkan tinjunya.

"Iya iya ... Tapi ngomong-ngomong aku terkagum dengan insting sang pelacur dari Cina itu. Dia tahu kalau orang ini orang penting jadi apa yang keluar dari mulutnya itu penting. Lalu dia jual rekaman itu." Sang rambut merah kembali melanjutkan pergosipannya.

"Hmm ... Dugaanku. Dia bisa berbahasa Korea lah sedikit. Dia bohong aja agar tidak berurusan dengan polisi."

"Politik juga." Sang rambut merah setuju dengan pendapat sahabatnya. "Kalau aku jadi dia mungkin akan pura-pura tak tahu juga."

Sang poni mengangguk-angguk setuju. "Lalu bagaimana dengan Sang Hyuk? Kau tahu Konferensi Pers—"

"Ah iya. Yang gadis Indonesia itu."

"Ya Tuhan. Dia menikahi gadis itu." Mata sang poni berbinar ketika sahabatnya mau membicarakan tema gosip baru. "Ada anak."

"Ada anak ya ampun. Tapi aku tak percaya perkataan Si Sang Hyuk." Bibirnya dimajukan dan dagunya berkerut.

Mistake in Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang