・༓☾ 08. Kotak Bekel ☽༓・

18 4 0
                                    

Hai, Camaraderie Gengs👋

Kamu baca part ini jam berapa?

Mari, taburkan banyak-banyak cinta untuk cerita ini❤

Selamat membaca dan semoga selalu suka, ya🥰
.
.
.
・༓☾ ☽༓・

 ・༓☾ ☽༓・

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Angel. Gadis itu lagi.

Kali ini datang dengan membawa dua kotak bekal beserta dua bungkus teh kotak.  Sembari tersenyum lebar, langkah kakinya mendekat ke arah meja Ryan yang berada tepat di samping meja Raya. Keduanya memang duduk bersebelahan.

"Hai, Yan," sapanya, tersenyum lebar. Dan hal itu tak luput sedikitpun dari tatapan Raya yang terus memandangnya sejak awal Angel masuk ke kelas mereka. Angel merupakan anak kelas sebelah.

Ryan yang semula sedang menunduk sembari menulis sesuatu di bukunya pun mendongak, menutup bukunya dan tersenyum kecil. "Hai," jawabnya.

Angel yang mendapat respon seperti itu dari Ryan kemudian mengambil kursi kosong, yang penghuninya entah ada di mana, mendekatkannya ke meja Ryan.

"Ryan, aku turut berduka cita atas kepergian ayah kamu. Maaf nggak bisa hadir di pemakaman hari itu," sesal Angel. Terlihat begitu kentara di wajah blasteran Indonesia-Tiongkoknya.

"Iya, nggak apa, Njel. Makasih atas ucapan belasungkawanya," sahut Ryan seadanya.

Raya yang terus memperhatikan keduanya sambil berpura-pura menulis di buku catatan IPA dapat menangkap perubahan raut wajah Ryan tadi, walaupun tak begitu kentara. Sahabatnya itu terlihat masih sedih dan belum sepenuhnya menerima kepergian sang ayah.

"Anjel, ih. Jadi buat Iyan sedih lagi, kan," gerutunya, yang sayangnya hanya bisa dia ungkapkan dalam hati.

"Oiya, kita makan bareng, yuk, Yan. Kebetulan aku hari ini bawa dua bekal," ungkap Angel dengan sangat antusias, menyodorkan satu kotak bekel dan satu bungkus teh kotak pada Ryan.

Ryan tidak langsung menerimanya, cowok itu malah melihat ke arah Raya yang saat itu juga tengah menatapnya.

"Aduh! Ketahuan," batin Raya, buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah papan tulis, pura-pura mencatat materi pelajaran IPA dari Bu Dewi lagi yang sebenarnya sudah selesai dia catat sejak tadi.

"Ay."

"Aduh! Kok Iyan malah manggil, sih. Pura-pura nggak dengar aja kali, ya?"

Camaraderie | EndWhere stories live. Discover now