・༓☾ 04. Berangkat Bersama ☽༓・

24 4 0
                                    

Hallo, Camaraderie Gengs👋

Baterai ponsel kamu berapa persen saat baca part ini? 👉

Mari, taburkan banyak-banyak sayang untuk kesayangan Camaraderie 🌞🌻

Happy reading❤
.
.
.
・༓☾ ☽༓・

Beberapa tahun kemudian

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Beberapa tahun kemudian...

"Selamat pagi, Tuan Putri Aya," sapa Ryan. Menunggu di depan gerbang rumah Raya bersama sepeda kesayangannya.

Raya tersenyum, gadis dengan seragam dan balutan jaket berwarna merah itu melambaikan tangan, menghampiri sahabatnya. "Selamat pagi juga, Tuan Putra Iyan."

"Kok, Tuan Putra? Aneh tau, Ay," kata Ryan, cukup heran dengan sebutan itu.

"Hahaha, biarin. Wleek," ejek Raya sembari tertawa.

"Dasar bocil!"

"Iyan juga bocil tau. Aya udah ingatin, tuh, kalau lupa," kesal gadis yang kini sudah naik di sepeda milik Ryan, tepatnya di boncengan belakang. Tangannya dia taruh di pinggang Ryan, memegangi ujung jaket berwarna biru tua yang dikenakan cowok itu. Jaket dengan model sama namun berbeda warna dengan jaket miliknya. Jaket yang Raya berikan di ulang tahun Ryan tahun lalu.

Ryan hanya tertawa sembari mengayuh sepeda. Sepeda yang berbeda dari sepeda masa kecil mereka dulu karena sudah tak bisa lagi digunakan.

Ryan terlihat santai mengayuhnya, menurutnya, Raya tidaklah berat, gadis itu sangatlah mungil, bahkan di usianya yang sekarang sudah memasuki masa Sekolah Menengah Pertama.

"Yan," panggil Raya, menatap deretan pohon-pohon yang bergerak seolah tengah mengejar keduanya.

"Kenapa, Ay?"

Hening.

"Ay?" panggil Ryan kembali ketika tak mendapati sahutan dari gadis itu. Tangan Raya masih ada di pinggangnya, jadi tidak mungkin jika gadis itu terjatuh begitu saja di jalan.

Ryan menghentikan sepedanya, menoleh ke belakang dan mendapati sahabatnya yang tengah melamun. Menghela napas, Ryan pun mengusap tangan Raya. "Ngelamunin apa, sih, Ay?"

"Hah? Eh, kita udah sampai sekolah?" Raya turun dari sepeda, mengedarkan pandangannya. Baru sadar jika dia memang sudah sampai di sekolah.

"Belum, Ay. Masih di rumahmu."

Bibir Raya mengerucut sebal, Ryan sekarang selalu menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang sering menyebalkan, menurutnya.

"Kamu tadi ngelamun kenapa?" Ryan kali ini bertanya dengan lembut. Ini adalah poin plus bagi seorang Ryan. Walaupun sering menyebalkan menurut Raya, namun cowok itu tetap selalu perhatian dan khawatir dengannya.

Camaraderie | EndDonde viven las historias. Descúbrelo ahora