・༓☾ 03. Antara Masjidmu dan Gerejaku ☽༓・

38 6 0
                                    

Hallo, Camaraderie Gengs❣️

Kamu baca part ini jam berapa? 👉

Mari, taburkan banyak-banyak sayang untuk bocil-bocil kesayangan Camaraderie 💕

Happy reading❤
.
.
.

・༓☾ ☽༓・

"Hai, sore Aya,” sapa Ryan, dia baru saja datang dengan sepeda hitamnya, sepeda yang menjadi saksi pertemuannya pertama kali dengan Raya dulu, memarkirkannya di depan halaman rumah gadis itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hai, sore Aya,” sapa Ryan, dia baru saja datang dengan sepeda hitamnya, sepeda yang menjadi saksi pertemuannya pertama kali dengan Raya dulu, memarkirkannya di depan halaman rumah gadis itu. Tangannya melambai, tersenyum hangat.

Raya membalas senyum Ryan. Gadis kecil dengan balutan kaos dan celana jeans selutut itu pun menghampiri sahabatnya usai mengenakan sandal.

"Ayok!” ajak Raya dengan wajah antusiasnya.

Keduanya sudah berencana bahwa hari ini akan bermain sepeda bersama, melihat sunset di Lapangan Golf, tempat favorit keduanya. Kebetulan, keduanya libur sekolah dan Bunda Ryan tidak berkerja. Sehingga anak lelaki itu bisa meluangkan waktunya sebentar untuk bermain bersama sahabat kecilnya.

“Yan,” panggil Raya, tangannya yang mungil berada di pundak Ryan, memeganginya.

“Ya?”

“Berhenti di depan masjid dulu, ya, Yan. Aya mau solat asar dulu, sebentar lagi udah mau adzan,” ucap Raya, melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. “Habis itu baru kita berangkat lihat sunset.”

Raya tak bisa untuk tidak selalu tersenyum. Dia selalu memfavoritkan tempat itu. Baginya, melihat sunset bersama Ryan mungkin akan selalu menjadi hal yang sangat dia sukai, sampai kapanpun itu.

“Siap, Tuan Puteri,” canda Ryan. Menghentikan sepedanya ketika sudah berada di luar pagar masjid.

“Sholat yang khusyu. Aku tunggu di sini,” kata Ryan lagi, tersenyum lembut.

Raya mengangguk dan berjalan menjauh dari Ryan, masuk ke area masjid, bertepatan dengan adzan asar yang berkumandang. Menyeru kepada umat manusia untuk menjalankan kewajibannya.

Kepergian Raya tak pernah lepas dari tatapan Ryan yang menunggunya di luar gerbang. Pandangan anak lelaki itu terlihat begitu sulit diartikan.

Dia kemudian menghela napas panjang, mengalihkan pandangannya ke arah berlawanan, tepat di bangunan di mana dia menjalankan kewajibannya pada Tuhan.

・༓☾ ☽༓・

“Es krim cokelat datang!” seru Ryan, menghampiri Raya yang duduk beralaskan rumput sembari membawa dua cup es krim di tangannya.

Camaraderie | EndWhere stories live. Discover now