37. Persami (2)

5.3K 190 28
                                    

Pov. Riko

"Baik adek adek, pagi ini kita akan melaksanakan kegiatan mencari jejak. Kalian silahkan berbaris, dan masuk kedalam hutan, disana sudah ada tanda panah, silahkan kalian ikuti tanda panah itu agar kalian selamat. Masuknya gantian, kalau sudah satu orang masuk, silahkan giliran berikutnya masuk setelah 1 menit. Kalian paham?" Ucap Kak Azhar.

"Paham kak" ucap kami serempak

"Baik, silahkan baris pertama masuk duluan" perintah Kak Azhar pada Galang.

"Siap kak" kata Galang sambil berlalu pergi.

Aku berada dalam antrian yang terakhir didepanku sudah ada Alvin. Hingga waktu berlalu setengah jam, tibalah giliran Aku masuk kedalam.

"Terakhir kamu Riko masuk kedalam" ucap Kak Azhar

Aku hanya mengangguk dan masuk kedalam hutan. Aku ikutin jalan setapak demi setapak, terus ku ikutin tanda panah seperti yang diperintah Kak Azhar. Setengah jam aku berjalan namun aku tidak menemukan tanda panah lagi. Suasana hutan yang sangat lebat membuatku kesulitan untuk menemukan jalan keluar.

"Astaga, aku tersesat lagi. Padahal aku sudah mengikutin tanda panah itu. Tolong....tolong....ada orang yang bisa dengar" teriakku.

Aku mulai merasa letih dan haus, air minum yang kubawa juga sudah habis. Waktu sudah sampai sore, aku pun berjalan tak tentu arah, entah sudah berapa kilo aku berjalan tak tahu arah tujuan.

Hingga aku pun menemukan sebuah rumah yang tampak kosong dan sudah tidak terawat lagi. Entah mengapa aku seperti pernah melihat rumah ini. Ya tidak salah lagi, itu rumah yang ada didalam lukisan. Aku pun mencoba masuk kedalam rumah. Namun saat aku mencoba menaiki tangga rumah panggung ini, aku mendengar suara kaki menginjak ranting.

"Siapa itu" ucapku.

Aku pun menengok kebelakang, namun tidak ada siapa siapa. Akhirnya aku pun masuk kedalam rumah itu. Pertama kali aku masuk kedalam rumah, aku melihat foto seseorang yang sangat mirip denganku sedang memeluk seorang pria. Tidak salah lagi, ini adalah Kak Bagas dan Kak Adi.

Entah dimanakah keberadaanmu Kak Bagas. Kalau pun kamu sudah mati, harusnya ada makammu, tapi makammu saja tidak ditemukan. Gumamku.

Aku berjalan masuk kedalam rumah, namun tiba tiba pintu rumah tertutup. Aku pun menoleh ke belakang, dan ternyata orang itu adalah Alvin.

"Alvin" ucapku.

"Kenapa lu bisa ada disini" tanyaku.

"Gue yang udah ubah tanda panah itu buat lu tersesat"

Kulihat Alvin memegang sebuah pisau dan berjalan mendekatku.

"Lu mau ngapain Vin" ucapku gemetar kala melihat pisau yang dipegang Alvin.

"Lu harus mati hari ini Rik" kata Alvin terus mendekat ke arahku.

"Maksud lu apaan Vin, gue salah apa sama lu, jadi lu mau bunuh gue" ucapku

"Lu gak usah munafik deh jadi orang, lu udah ngerebut Galang dari hidup gue, asal lu tau ya, Galang itu cinta pertama gua, tapi lu udah ngerebut semuanya. Karena lu, Galang semakin benci ama gue" teriak Alvin.

"Gue bukan perebut pacar orang. lagian lu juga gak ada hubungan sama Galang, jadi gue gak merasa bersalah dalam hal ini. Lu itu bukan cinta Vin tapi obsesi ama Galang" ucapku

"Persetan dengan obsesi, hari ini lu harus mati ditangan gue" ucap Alvin sambil berjalan dan ingin menghunuskan pisaunya ke arahku.

"Alvin, lu jangan nekat..!" Ujarku agak keras."

"Silahkan kalau lu mau teriak, takkan ada juga yang mendengarnya disini.. gue akan membuat semuanya jadi jernih hari ini.." Suara Alvin makin aneh. Jantungku berdebar debar kencang. Aku takut sekali
Alvin akan melakukan sesuatu yang bodoh.

RikoWhere stories live. Discover now