CHAPTER 26 [TAMAT]

272 14 2
                                    

Maaaaaaf banget karena baru up chapter baru lagi🥺 Karena pasti ada ya, masa-masa dimana kita itu lagi nggak mood untuk ngapa-ngapain. Ada waktu di mana kita itu memang bener-bener pengen sendiri.

Bahkan sampe pernah berpikiran pengen berenti aja nulis. Pengen banget waktu itu nggak ngelanjutin cerita ini. Tapi di sisi lain aku juga sadar, walaupun nggak banyak yang baca cerita ini, masih ada satu atau dua orang yang menunggu cerita ini up chapter baru.

Dan untuk kalian, siapapun yang nggak aku kenal sama sekali. Terima kasih banget ya, karena udah mau baca cerita sederhana ini. Maaf karena udah buat kalian nunggu lama. Semoga ada pelajaran yang dapat kalian ambil dari cerita ini.

****
Happy Reading!

🍂

Saat ini Eska sudah masuk ke dalam ruangan ICU. Setelah Samudera melihat bahwa wanita yang selama ini ia cintai menjadi korban dari kecelakaan yang bisa dibilang cukup besar, dirinya tak dapat lagi berpikiran jernih.

Segala kemungkinan-kemungkinan buruk menghantui pikirannya. Dan sekarang, Samudera adalah orang pertama yang menunggu dan sangat berharap akan kabar yang menyampaikan kalau Eska sudah siuman.

Papa dan mama Eska juga sudah mendapat kabar, kalau putri sulung mereka saat ini sedang bertaruh antara hidup dan mati. Saat ini, bisa kapan saja Tuhan mengambil Eska. Menjemput Eska yang selama ini sudah bersedia untuk tetap sabar dan kuat dalam menjalani pahitnya hidup yang telah ditakdirkan untuk nya.

Setelah bergelut dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba dokter dan beberapa perawat keluar dari ruangan Eska. Membuat Samudera meloncat kaget dan langsung membenarkan posisinya agar bisa bertanya tentang kondisi Eska.

"Dok.... Bagaimana kondisi Eska, dok? Eska baik-baik aja kan, dok? Eska bisa diselamatin kan, dok? " dokter yang menangani Eska tak langsung menjawab.

Ia berusaha agar membuat Samudera sedikit tenang sebelum mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi saat ini, rasa penasaran Samudera sangat memuncak. Ia tak bisa terus-terusan menunggu ketidak pastian.

"Jawab saya, dok! " Samudera tak bisa mengendalikan emosinya. Tangannya berusaha mengguncangkan tubuh dokter tersebut, berharap dirinya mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

Namun ketika sang dokter ingin menjawab, seorang perempuan berlari ke arah mereka. Matanya sembap, dan terlihat seperti dirundung dengan rasa ketakutan. Perempuan tersebut adalah mama Eska.

Seorang perempuan yang selama ini Eska panggil dengan sebutan mama. Seorang perempuan yang selama ini sangat Eska harapkan kasih sayang darinya. Tapi ternyata, panggilan tersebut seharusnya tak pernah ia ucapkan. Karena yang selama ini telah menyiksa nya, sangat tak pantas untuk dipanggil dengan sebutan papa ataupun mama.

"Sam! " teriak mama Eska dengan mata yang sudah sangat sembap. Teriakannya membuat sang pemilik nama mengalihkan pandangan ke sumber suara.

"Tante?"

"Gimana Eska, Sam? Dia udah sadar? Kata dokter apa? " mama Eska terus mendesak Sam agar memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan putri sulungnya. Yang lebih tepatnya, putri sulung angkatnya.

"Sampai saat ini Eska masih koma, Tan. Kepalanya mengeluarkan banyak darah. Sama ada satu lagi, Tan. Tapi Sam nggak tega bilang ini ke tante dan om" Sam menjeda kalimatnya. Ia tak ingin papa dan mama Eska syok akibat penjelasan yang ia berikan.

Aku Trauma [TAMAT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang