CHAPTER 15

152 17 3
                                    

Selamat membaca! Semoga suka dan bermanfaat ♡ Jangan bosan, ya :)

• • • •

"Aku capek, Yaaar"Dari tadi Eska dengan sekuat tenaga berusaha agar tidak mengatakannya. Tapi sekarang,pertahanannya runtuh. Air mata yang ia bendung sudah berhasil jatuh.

Saat Eska mengatakan kalimat itu, Ayyara sudah paham maksudnya. Ayyara bukanlah teman yang baru kenal Eska kemarin malam. Ayyara tahu tentang keluarga Eska. Tapi dia sadar, sudah sangat jarang Eska bercerita padanya.

"Kenapa kamu nggak cerita ke aku, Es? Kamu masih ada aku. Nggak seharusnya kamu pendam masalah kamu sendirian. Sekarang, kamu udah jarang cerita sama aku.

Aku bukannya mau tau semua tentang privasi kamu, tapi aku ini sahabat kamu, Eska. Kamu bisa cerita kapanpun kamu mau. Asal jangan kamu pendam sendiri. Kamu sakit sendiri, Es" tanpa sadar air mata juga keluar dari mata Ayyara.

Tak tahan melihat sahabatnya harus sakit sendirian. Entah apa alasan orang tuanya sampai memperlakukan Eska seperti ini.

Eska hanya bisa diam dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. Ia ingin marah, tapi sepertinya memang sudah ini takdir yang harus ia jalani dari sang Pencipta.

"Sekarang kamu lagi sakit, Es.. Aku telpon mama kamu, ya? Mana tau, kalau mama kamu tau kamu lagi sakit, beliau bisa sadar atas perbuatannya sama ini sama kamu"

"Enggak, Yar.. Aku takut. Aku takut nanti dibilang jadi beban keluarga. Aku takut nanti mereka tambah marah samaku. Jangan, Yar" pinta Eska dengan suara yang parau.

Ayyara tidak mau ada penolakan. Ia berpikir, bisa jadi dengan tau keadaan Eska yang sekarang ini, papa mama Eska akan sadar dan mau memberikan kasih sayang kepada Eska.

🍂


"Eska... Papa mama kamu udah di ruang guru, nak. Kamu pulang aja, ya? Jangan dipaksakan, nanti kamu malah tambah sakit" bu Salma yang tiba-tiba masuk ke kelas, dan sekarang meminta Eska untuk pulang bersama orang tuanya.

"Tapi Eska nggak papa, kok buk. Eska masih tahan" Eska masih berusaha agar dirinya tidak pulang dengan papa mamanya.

Entah kenapa perasaannya tidak enak. Tapi disisi lain, kepalanya semakin sakit. Badannya semakin lemas. Siapapun yang melihat, tidak akan bisa dibohongi.

"Pulang ya nak.. Ibuk tau kamu anak kuat. Tapi jangan terus-terusan bohongi diri kamu sendiri, ya? " dengan sangat lembut bu Salma memujuk Eska. Dan akhirnya, tak ada alasan lain untuk Eska menolak.

Bu Salma meminta tolong kepada Ayyara agar membawakan tas Eska ke ruang guru. Sementara bu Salma sendiri yang akan menopang tubuh Eska.

🍂


"Ya ampun naaaak.. Kamu kenapa? Kok bisa sampai gini? Kenapa nggak bilang kalau kamu lagi sakit, nak? Kenapa nggak bilang sama mama sama papa? Kita pulang ya nak? Biar kita langsung berobat"

Eska belum sempat duduk, namun mama Eska langsung memeluk tubuhnya dan memberikan beberapa pertanyaan yang tak semua bisa Eska jawab.

Ada kehangatan saat tubuh tersebut memeluk Eska. Sudah sangat lama ia merasakannya. Eska rindu dengan kehangatan seperti ini. Ayyara yang pertama kali melihatnya pun cukup terkejut. Hanya saja tidak ia perlihatkan begitu jelas.

Tanpa sadar air mata Eska kembali jatuh. Dalam hati, ada perasaan sedikit tenang. Sakit yang dari tadi ia rasakan, sedikit menghilang.

"Kenapa nangis, nak? Kita langsung pulang aja, ya? " pertanyaan tersebut keluar di saat tubuhnya melepaskan pelukan.

"Bu Salma... Terimakasih ya, sudah berkenan menopang Eska dari kelas sampai sini. Maaf kalau jadi merepotkan bu Salma. Kami izin pamit, ya buk. Biar Eskanya bisa langsung istirahat"kali ini papa Eska yang bersuara.

"Sama sekali tidak merepotkan, pak. Eska anak yang baik dan pintar. Eska juga sangat jarang sakit apalagi sampai absen di kelas. Biasanya, kalau sakit biasa Eska masih bisa tahan.

Tapi tadi, Eska memang bersikeras agar tetap mengikuti pelajaran. Saya yang meminta Eska untuk pulang dan istirahat pak. Karena saya lihat, Eska sangat lemas" jelas bu Salma pada papa Eska.

"Terimakasih banyak, buk. Kami izin pamit ya buk"pamit papa Eska bersamaan dengan membawa Eska dan mamanya untuk langsung masuk kedalam mobil.

🍂


Selama di perjalanan, tidak ada sama sekali suara. Ketiga orang yang berada di dalam mobil diam membisu tanpa ada yang berniat ingin memulai percakapan. Hanya ada suara-suara kendaraan yang berasal dari luar mobil.

Tak terasa, mereka sudah sampai di rumah. Papa dan mama Eska turun, dan Eska masih di dalam mobil. Berpikir akan ada yang membantunya untuk turun dari mobil. Tapi perasaan tidak enak yang tadi ia rasakan, terjawab saat ini juga.

"Turun kamu! Jangan berharap akan ditopang lagi!" suara yang tadinya ketika di sekolah begitu khawatir terhadap kondisinya, sekarang sudah berubah menjadi suara yang selama ini ia takutkan.

Dengan memaksakan seluruh tenaga yang masih ia punya, Eska berusaha untuk bisa masuk ke dalam rumah. Dan saat kakinya belum sepenuhnya masuk, tubuhnya yang belum sempat terduduk, sakitnya yang semakin bertambah, papa Eska langsung menghabisinya.

Plak!!!

"Dasar anak nggak tau malu! Kenapa kamu bisa sakit di sekolah?! Kenapa sampai-sampai bu Salma harus menopang kamu dari kelas sampai ruang guru?! Supaya apa?! Supaya apa Eska?! "

Duaaarrr.. Rasanya baru sedetik Eska merasakan hangatnya pelukan dari seorang mama. Rasanya baru sedetik ia merasakan lembutnya suara dari seorang papa. Tapi seketika semua berubah.

"Supaya kamu dikasihani?! Supaya dibilang kalau papa sama mama nggak becus ngurus kamu?! Supaya dibilang kalau papa sama mama nggak punya waktu untuk ngeliat keadaan kamu?! Supaya apa Eska?! Jawab!" kali ini suara itu semakin keras.

Eska yang sudah tidak tahan akhirnya memutuskan untuk buka suara.
"" Pa... Ma... Eska gak pernah minta dilahirkan kedunia ini. Eska gak pernah minta sama Tuhan, supaya ada di dunia yang kejam ini. Eska cuma pengen bahagia ma, pa.

Eska cuma pengen sedikit aja ngerasain artinya kasih sayang dari orang tua.. Eska udah capek nurutin semua kemauan papa dan mama yang gak pernah sekalipun sejalan dengan apa yang Eska mau. Eska capek ma, pa!! "

Gadis itu sedikit mengeraskan suaranya, ketika kalimat terakhir yang ia ucapkan dan diiringi dengan tangis yang sepertinya kali ini tidak bisa diajak untuk bersahabat.

Plak!!!

Bersambung

• • • •

Sakit banget ya, jadi Eska? Gimana kalau kita yang ada diposisinya? Mungkin udah dari lama kita mutusin untuk mengakhiri hidup di dunia yang kejam ini.

Kasi semangat, dong.. Untuk Eska. Semoga dia bisa kuat, dan terus sabar ngadepin takdir yang udah diberi dari-Nya untuk dirinya.

Jangan lupa vote dan comment, ya! Terima kasih karena masih setia membaca cerita ini ❤

Aku Trauma [TAMAT] ✔Where stories live. Discover now