CHAPTER 16

142 14 0
                                    

Selamat membaca! Semoga suka dan bermanfaat ♡

🍂


Semenjak kejadian semalam, Eska seperti anak yang sudah tidak memiliki tujuan hidup. Ingin mencoba menerima, tapi hati sangat tidak bisa untuk dibohongi.

Plak!

"Berani sekarang kamu ngelawan, ya! Apa yang kamu banggakan, ha?! Apa yang udah kamu jadikan contoh untuk adik-adik kamu?!" Papa Eska terus-menerus menghabisinya. Sampai kata-kata yang tak pernah Eska bayangkan, terucap oleh papanya.

"Lulus SMA, kamu keluar negeri! Kamu papa pindahin kesana! Dan kamu ingat! Tidak ada penolakan, dan tidak akan pernah ada perubahan!" puas dengan semuanya, papa dan mama Eska meninggalkannya sendirian di ruang bawah dalam keadaan terduduk.

Setelah dirasa air mata tak berminat untuk jatuh lagi, Eska memutuskan untuk naik keatas dan masuk kedalam kamarnya.

Sampai di kamar, langsung ia kunci pintu kamarnya. Mematikan lampu kamar, dan naik ke atas tempat tidur. Melihat ke atap kamarnya yang gelap.

Tak ada apapun yang ia lihat disana. Semua gelap, sama dengan keadaan hatinya saat ini. Berusaha dengan baik untuk menghirup udara yang ada. Karena setelah kalimat tersebut keluar dari mulut papanya, dada Eska seketika terasa sesak.

Bahkan detik ini, semua badan Eska terasa sakit. Terutama di kepala dan perutnya. Tapi untuk saat ini, ia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Berharap setelah bangun nanti, semua hanyalah mimpi.

🍂

Kringggg!!!
Kringggg!!!
Kringggg!!!

Saat nada dering Eska berbunyi, saat itulah ia terbangun. Melihat siapa yang membangunkannya melalui panggilan. Dan ternyata dugaannya benar, Ayyara yang menelponnya.

Tak berapa lama, dengan memaksakan matanya Eska mengangkat panggilan Ayyara.

"Kenapa Yar?" tanya Eska dengan suara bangun tidurnya.


"Baru bangun tidur ya, Es?" pertanyaan Ayyara sudah pasti benar. Dan Eska hanya menjawabnya dengan kata "Hmmmm"

"Gimana keadaan kamu? Udah mendingan, Es? Udah jadi tadi berobatnya?" dugaan Eska benar. Ayyara pasti akan menanyakan tentang ini.

"Belum, lagian udah mendingan juga kok Yar"jawab Eska dan itu hanyalah sebagai penenang agar Ayyara tak mengkhawatirkannya.


"Lah.. Kok belum jadi berobat, Es? Kan tadi papa mama kamu udah bilang waktu di sekolah"

"Ngertilah kamu, Yar...

Uhuk uhuk uhuk

Eska langsung memberhentikan kalimatnya. Dan melihat tangannya sudah ada darah yang keluar.

"Nanti aku hubungi kamu lagi ya, Yar? Aku mau kekamar mandi dulu. Udah kebelet dari tadi"

Panggilan terputus, dan Eska masih terdiam melihat darah yang keluar dari mulutnya.

Bersambung

• • • •

Stop jadi pembaca gelap! Jangan lupa vote dan comment, ya ♡

Aku Trauma [TAMAT] ✔Where stories live. Discover now