Bab 25 : Pekerjaan yg cukup Mudah

16 3 6
                                    

Tim empat yg di ketuai oleh Quiro beserta tim enam Agatha, Kuzan dan Sai sudah tiba di desa tepat pada sore hari menjelang malam.

Pemimpin desa yg merupakan seorang yg sering di sapa dengan panggilan Tuan Suna adalah pria yg hidup sendiri tanpa keluarga, meskipun begitu nampak nya baginya seluruh penduduk di desa sudah menjadi keluarga nya, ia juga pernah belajar di Academy untuk melatih ilmu elemen, namun dia hanya mampu belajar di Academy yg kecil, tidak seperti kebanyakan orang yg mampu bisa memasukkan putra-putri mereka ke Academy yg besar, bagi nya cukup ilmu untuk mengembangkan elemen nya agar bisa menjaga diri itu sudah cukup.

Apalagi di desa terpencil ini, banyak yg bahkan sama sekali tidak mau melatih elemen nya, beberapa yg karena faktor ekonomi, beberapa juga karena tidak memiliki niat.

Agatha meletakkan tas nya dengan perlahan, sambil memeriksa isi tas nya, ia juga mengeluarkan sebuah buku tebal dan juga alat tulis nya.

Untuk mereka di berikan satu ruangan yg luas, dengan kasur-kasur yg terpisah-pisah berjejer di sana, lengkap dengan masing-masing satu bantal dan selimut.

Awalnya tuan Suna menawarkan agar Agatha dan Hinara menempati ruangan di sebelah agar terpisah, tapi mereka menolak, dengan alasan Hinara menurutnya tidak terlalu mengapa jika sekar dengan rekan tim nya, berbeda dengan Agatha, sebenarnya dia setuju saja, tapi Sai menyuruh nya untuk tidak setuju, mereka harus waspada, tidak ada yg boleh di percaya dengan mudah begitu saja.

Dengan begitu, tempat tidur Agatha dan Hinara berada di pojokan, agar ada jarak dengan yg lain.

"Kau mau kemana?" tanya Quiro yg memperhatikan sepertinya Agatha ingin keluar, sementara malam ini mereka sudah di persilahkan untuk beristirahat dahulu.

"Ke depan sebentar" balas Agatha meraih buku nya dan beranjak meninggalkan ruangan.

Sryu dan Hinara tampak berbincang mengenai misi, sementara itu Kuzan masih membereskan tempat tidur nya, dan Sai tidak terlihat dimana.

"Sudah selesai" Kuzan menepuk-nepuk bantal nya yg sudah ia bersihkan dari debu. Sambil menerawang dimana teman-teman nya, ternyata tak satupun yg tinggal di sana, "Aishh selalu saja" desah Kuzan yg menyadari dirinya di tinggal oleh rekan nya.

Kuzan bergumam sebentar, mengambil sebuah buku dari dalam tas lalu mendekat ke arah tim empat yg sedang berdiskusi, "Apa aku boleh bergabung?" tanya Kuzan sopan.

Ketiganya sama-sama menatap Kuzan dengan lekat, selanjutnya Quiro mengangguk, "Yah tentu, kami juga sedang membahas misi kita" balas Quiro menggeser posisi duduk nya memberikan Kuzan ruang untuk mengambil tempat dimana mereka kini duduk melingkar.

"Ya sebelum nya aku minta maaf, Sai dan Agatha memang tidak suka hal-hal seperti ini, harus nya aku mengajak mereka, tapi aku yakin mereka pasti menolak, jadi aku saja yg menjadi perwakilan mereka, jika seandainya misi ini akan melibatkan strategi, akan ku usulkan pada mereka nanti"

Sryu manggut-manggut, "Ya tidak apa, lagi pula ini bukan pembicaraan yg terlalu serius"

"Apa sebaiknya kau periksa terlebih dahulu kemana putri Agatha pergi, karena ini sudah hampir gelap" ucap Hinara

Kuzan menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, Sai ada bersama nya"

"Kau yakin? Sai sudah pergi sejak tadi, dan Agatha baru keluar barusan"

Kuzan mengangguk, "Yah, lagi pula tidak ada yg perlu di khawatir kan, pasti Agatha hanya akan ke taman terdekat, atau ke suatu tempat dimana dia bisa duduk dengan tenang, mungkin sambil menggambar sesuatu"

Quiro menatap Kuzan dengan tatapan rumit, "Oh ya sampai dimana tadi, ahk iya bagaimana dengan memeriksa setiap tempat kejadian, kemungkinan mereka meninggalkan jejak"

QUEEN IMMORTAL WORLD II : NEXT GENERATIONWhere stories live. Discover now