part 39

432 31 1
                                    

HAPPY READING 🌻
****

"Bunda!" Aqila langsung memeluk Dian saat wanita paruh baya itu membuka kan pintu.

"Kenapa, sayang?" Tanya Dian bingung dengan anaknya yang tiba-tiba datang ke rumah sembari menangis.

Dian membawa Aqila ke ruang tamu, lalu menenangkannya. Setelah di rasa Aqila cukup tenang Dian kembali bertanya.

"Ada apa?" tanya Dian sekali lagi sembari mengelus punggung putrinya.

"Mas Ervan selingkuh, bunda!!" ucap Aqila dengan sesenggukan.

"Kata siapa?"

"Ila liat mas Ervan lagi mesra-mesraan di kantornya."

"Mungkin kamu salah paham."

"Salah paham apaan, Ila jelas-jelas liat sendiri kok."

"Kadang yang kita liat itu salah. Lebih baik kamu ganti baju dulu, terus istirahat kamu keliatan capek."

Aqila mengangguk, lalu berjalan menuju kamarnya. Tiba-tiba saja dia merasa lelah dan kepalanya sedikit pusing, mungkin ini efek dari terlalu lama menangis.

Saat baru saja menginjakkan kakinya di gundukan tangga ke tiga Aqila langsung berbalik dan berlari ke arah dapur.

Huek.

Huek.

Huek.

Dian yang melihat Aqila berlari ke arah dapur langsung menghampirinya putrinya.

Dian menghampiri putrinya yang sedang muntah di wastafel, dengan telaten mengurut tengkuk leher Aqila.

Setelah rasa tidak mual lagi Aqila membasuh wajahnya.

"Kamu kenapa?" tanya Dian setelah Aqila berbalik menghadap Dian.

Dian memberikan air hangat yang barusan di ambilnya, Aqila menerimanya lalu langsung meminumnya.

Aqila hanya menjawab dengan gelengan kepala, dirinya pun tidak tahu.

"Sekarang kamu istirahat di kamarnya."

Aqila hanya mengangguk lalu dia berjalan pergi ke kamar dengan bantuan Dian.

Sesampainya di kamar Aqila langsung merebahkan tubuhnya.

"Makasih bunda."

"Iya, sana istirahat."

Sebelum pergi keluar Dian mengelus rambut putri kesayangannya terlebih dahulu.

Dian menutup pintu kamar Aqila, lalu dia mengambil ponselnya yang berada di kantung celananya. Dian menelepon seseorang dokter untuk datang ke rumahnya.

Dian ingin memeriksa Aqila, dia mempunyai firasat kalau putrinya itu sedang mengandung.

Sekitar setengah jam menunggu sang dokter, akhirnya dokter itu datang.

"Apa kabar Dian," sapa dokter Lia sahabat Dian.

"Alhamdulillah baik, apa kabar kamu?"

"Sama aku juga baik. Btw, siapa yang mau aku periksa? Kamu?"

"Bukan, anakku. Ayok aku antar ke kamarnya."

Dian dan Lia berjalan beriringan menaiki tangga menuju kamar Aqila.

Aqila yang belum tidur itu menoleh ke arah pintu kamarnya yang terbukanya.

"Loh, Tante Lia ngapain ke sini?"  tanya Aqila saat melihat bundanya masuk ke kamar dengan temannya itu.

om, nikah yuk! Where stories live. Discover now