part 28

530 40 2
                                    

HAPPY READING 🌻
****

"Huaaa kepala gue masih pusing gara-gara mtk!" gerutu Dila sembari menaruh kepalanya di atas meja kantin.

"Sama, mana tadi soal ujian yang bagian esai enggak sama kaya kisi-kisi," Aqila yang tadinya sedang fokus membaca pun ikut menimpali ucapan Dila barusan.

"Mangkanya kek gue ngasal ngisi, jadi enggak pusing."

"Aww!" Rangga meringis pelan saat Hana memukul kepalanya dengan buku.

"Enggak lulus baru tau rasa lo!"

Rangga hanya mendengus kesal, tak meladeni ucapan Hana karena gadis itu sudah sibuk kembali ke bukunya.

Saat ini Aqila dan teman-temannya sedang berada di kantin, mereka baru saja keluar dari kelas setelah menyelesaikan tryout mereka.

Mereka menghabiskan waktu istirahatnya dengan mengisi perut sembari belajar untuk ujian pelajaran ke dua.

"Susu gue!" teriak Hana tak terima saat susu kotak rasa coklat miliknya di rebut Rangga dan dengan seenak jidatnya Rangga meminumnya.

"Ucapan lo ambigu, njir!"

Kening Hana mengerut tak paham dengan ucapan Arkan barusan.

"Pelit amat lo! Nih, gue balikin." Rangga menaruh kembali susu kotak rasa coklat itu di depan Hana.

"Ogah, bekas lo!" Dengan kasar susu coklat itu Hana berikan kembali ke Rangga.

"Dih, padahal numanyan nanti dapat pirt kiss gue walau enggak langsung."

"Siapa juga yang mau first kiss lo? Gue maunya first kiss Jeno."

"Kalian cek cok terus, hati-hati suka."

"Enggak!" ucap Rangga dan Hana berbarengan menentang ucapan Dila.

"Cie kompak banget," goda Arkan diiringi tawa renyahnya.

Tring .... Tring .... Tring

Suara bel terdengar, menandakan waktu istirahat sudah berakhir.

"Ayok balik ke kelas," ajak Aqila sembari merapihkan bukunya.

Setelah merapihkan buku masing-masing, mereka berlima kembali ke ruangan ujian masing-masing, karena awal huruf nama mereka yang berjauhan hingga mereka berbeda ruangan.

Hanya Aqila dan Dila saja yang berada di satu ruangan.

****

"Akhirnya sampai rumah ."

Aqila menghempaskan tubuhnya di kasur, dia baru saja pulang sekolah.

Matanya fokus menatap langit-langit kamar, tiba-tiba saja Aqila merindukan Ervan.

Aqila bangun lalu mengambil ponselnya yang berada di dalam tas.

Membuka aplikasi Chet, lalu menekan satu nama kontak yang dia sematkan.

Aqila
Lagi sibuk? |

Sembari menunggu balasan dari Ervan, Aqila mengambil laptopnya.

Drtt! Drrttt!

Aqila menoleh ke ponselnya, saat merasakan getaran di benda pipih itu.

Ternyata Ervan memulai panggilan vidio call, langsung saja Aqila menggeser tombol berwarna hijau ke kanan.

"Kenapa?" tanya Ervan setelah vidio call tersambung.

"Ih, ganteng banget."

"Baru nyadar?" tanya Ervan sembari menyisir rambutnya dengan tangannya.

"Apaan? orang aku puji Lee Jong-sok," ucap Aqila sembari mengarahkan ponselnya ke laptop yang sedang menampilkan sebuah drama korea.

Ervan melotot mendengarnya, padahal dia sudah PD di puji Aqila. Namun, ternyata pujian itu bukan untuknya.

"Gantengan juga aku."

"Kamu sama Lee Jong-sok jauh banget."

"Kok kamu gitu," ucap Ervan sembari memasang wajah datarnya.

"Iya, deh. Suami aku yang paling ganteng di seluruh dunia."

"Gitu dong."

"Kenapa tadi chet?" tanya Ervan sembari membaca berkas yang sedang dia kerjakan.

"Kangen."

"Tumben."

"Giliran aku kangen malah di bilang tumben, pas aku enggak kangen kamu marah." Aqila mengerucutkan bibirnya kesal dengan ucapan Ervan barusan.

"Iya, maaf deh."

"Om udah makan?"

"Udah."

"Om lembur lagi?" tanya Aqila sembari menyandarkan ponselnya ke headboard. Aqila merebahkan tubuhnya dengan posisi tengkurap dengan dagu yang menumpu pada guling.

Tatapan Aqila masih saja fokus menatap ponselnya.

"Enggak tau. Semoga aja pekerjaan aku cepat selesai," ucap Ervan dan di aamiin kan oleh Aqila.

"Aku sambil kerjanya?" lanjut Ervan

"Iya, silahkan."

Aqila terus saja memperhatikan Ervan dari layar ponselnya, pria itu sedang fokus membaca dokumen.

Tidak ada pembicaraan lagi, awalnya Ervan ingin menutupnya. Namun, Aqila melarangnya karena ingin terus menatap wajah sang suami.

"Enggak bosen liatin ak---" ucapan Ervan tergantung saat melihat ponselnya, di sebrang sana Aqila sudah tertidur pulas.

Tangan kanan Ervan menopang pipinya, dia tersenyum tipis memandang wajah Aqila yang sedang tertidur.

"Lucu," gumamnya pelan.

Andai saja dia ada di rumah, sudah pasti dia akan peluk dan cium pipi gadisnya ini.

om, nikah yuk! Where stories live. Discover now