part 31

544 39 1
                                    

HAPPY READING 🌻
****

Pagi harinya Aqila dan Ervan sedang sibuk bersiap-siap untuk berangkat ke bandara.

"Udah belum, La?" tanya Ervan yang sudah jengah menunggu Aqila bersiap-siap.

"Bentar."

"Udah siang loh, La."

"Iya, ini udah selesai. Ayok!"

Mereka berdua berjalan keluar rumah dengan menyeret koper.

Di depan gerbang rumah, sudah ada Raka yang sedang duduk di kap mobil. Dia akan mengantarkan Ervan dan Aqila ke bandara.

Raka membantu Ervan memasukan koper ke dalam bagasi. Setelah selesai, mereka masuk ke dalam mobil.

Raka langsung mengendarai mobilnya menuju bandara.

Tak membutuhkan waktu yang lama, mereka akhirnya sampai di bandara.

"Senang-senang di sana, jangan lupa bikin ponakan." Aqila melotot mendengar ucapan Raka.

"Apaan sih!"

"Gue baliknya, jaga adek gue."

"Iya, hati-hati."

Setelah kepergian Raka, mereka berdua duduk di kursi tunggu.

***

Aqila menyandarkan kepalanya di dada bidang Ervan, sedangkan tangan Ervan mengelus rambut Aqila dengan lembut.

Mereka sudah berada di dalam pesawat, dan pesawat yang mereka tumpangi baru saja lepas landas.

Ervan memasangkan headset di telinga kanannya, lalu satu lagi dia pasangkan di telinga Aqila.

Memejamkan matanya menikmati alunan musik, dengan tangannya yang tak berhenti mengelus rambut Aqila.

"Om sosweet deh."

"Dari pada aku cuek kan?" Ervan membuka matanya menatap Aqila yang sedang mendongak menatap dirinya.

Tatapan mereka terkunci, mereka sama-sama diam menatap atau sama lain.

Ervan menatap bibir mungil Aqila yang sedikit terbuka.

Cup.

Ervan tersenyum menatap wajah gadisnya yang berekspresi terkejut.

Aqila mengerjap-ngerjap kan matanya terkejut, beberapa detik kemudian dia tersadar.

"Om!"

"Malu tau, banyak orang."

"Mereka enggak liat ini."

"Tetep aja!"

"Udah tidur sini." Ervan menyenderkan kepalanya Aqila ke dadanya, agar gadis itu diam dan tidur.

Walaupun masih menggerutu dalam hati, Aqila tetap menurut dia memejamkan matanya kembali menikmati elusan tangan Ervan di kepalanya.

Beberapa menit kemudian Aqila sudah tertidur pulas, Ervan tersenyum gemas menatap wajah Aqila yang tertidur pulas. Kenapa istrinya ini sangat menggemaskan apa lagi saat sedang tidur.

Ervan mengecup pipi Aqila karena saking gemasnya dengan istrinya ini.

****

Setelah menempuh perjalanan selama 3 jam lebih, akhirnya mereka berdua sampai di Bali.

Aqila mendengus kesal saat banyak perempuan yang secara terang-terangan menatap Ervan.

"Gatel banget sih mereka," ucap Aqila pelan.

Ervan menggenggam tangan mungil Aqila. "Suami kamu ganteng banget sih, jadi pada terpesona," ucap Ervan dengan sikap narsis.

"Dih! Pede banget!"

"Emang bener kan?" tanya Ervan dengan menaik turun kan alisnya. Hal itu membuat wanita yang mencuri pandang kepada Ervan langsung histeris.

"Terserah!" Aqila melepaskan genggaman tangan Ervan, lalu berjalan duluan dengan menyeret kopernya.

"Lah? Kok ngamuk?"

Ervan langsung menyusul Aqila yang sudah mulai menjauh.

"Udah dong ngambeknya." Ervan mencubit pipi Aqila pelan.

Sedari tadi sampai mereka naik taksi pun Aqila masih saja enggan berbicara dengannya.

"Apaan sih!"

"Maaf, jangan marah." Ervan menangkup kedua tangannya di dada, sembari memasang wajah memelas.

Hampir saja Aqila tertawa. Namun, Aqila berusaha tetap menahannya. 

"Maaf, sayang."

"Iya, aku maafin. Aku tuh keselnya sama mereka yang seenaknya liatin milik aku."

"Ciee cemburu!" Ervan tertawaan sembari menusuk-nusuk pipi Aqila dengan telunjuknya.

"Ngambek lagi nih!"

"Jangan dong."

"Mas, mbak sudah sampai."

Mereka menoleh ke depan, terlalu asik mengobrol mereka tak sadar bahwa sudah sampai tujuan.

Mereka berdua turun. Ervan mengeluarkan kopernya di bagasi di bantu oleh supir taksi itu.

Ervan memberikan beberapa lembar uang berwana merah.

"Makasih mas."

"Sama-sama, pak."

Ervan dan Aqila langsung masuk ke dalam hotel yang akan jadi tempat penginapan mereka.

Aqila duduk di kuris tunggu, sementara Ervan mengurus administrasi.

"Udah?" tanya Aqila setelah Ervan kembali.

"Udah, ayok."

Aqila menerima uluran tangan Ervan, lalu berjalan bersama menuju lift.

Sesampainya di kamar mereka, Aqila langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Dia sangat lelah.

"Mandi dulu, baru istirahat."

"Males, ah."

Setelah menaruh pakaian di lemari, Ervan memilih membersihkan diri.

Tak lama, di keluar dengan hanya memakai handuk sepinggang sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

Ervan menggelengkan kepalanya melihat Aqila yang sudah tertidur, gadis itu bahkan belum membuka sepatunya.

Dengan hati-hati Ervan membuka sepatu Aqila beserta kaos kakinya.

"Cape banget, yah?" Ervan mengelus rambut Aqila pelan, lalu mendaratkan kecupan di keningnya.


om, nikah yuk! Where stories live. Discover now