part 15

748 66 14
                                    

Hai!!
Sebelum baca vote dan komen terlebih dahulunya!"

HAPPY READING 🌻
****

Ervan keluar dari kamar mandi sebari mengosok rambutnya dengan handuk. Ia berdecak pelan, melihat Aqila yang masih bergulung dalam selimut.

"La, bangun."

"Aqila."

Karena masih belum juga bangun, Ervan menghampiri Aqila. Ia duduk di pinggiran kasur.

Ervan menaikan sebelah alisnya melihat Aqila menggigil, ia mengecek kening gadis itu. Panas, kening Aqila sangat panas.

Ervan buru-buru pergi ke dapur mengambil air hangat dan handuk kecil.

Setelah itu, ia kembali ke kamar. Ervan menaruh baskom yang berisi air hangat di naskas. Handuk itu ia masukan ke baskom, lalu memerat nya. Setelah itu ia taruh di kening Aqila.

"Ini pasti gara-gara hujan-hujanan kemarin," ucap Ervan pelan, dengan tangan yang mengelus rambut Aqila.

Ervan membenarkan letak selimut yang digunakan Aqila. Lalu pergi dari kamar, ia berniat akan ke dapur untuk membuat sup.

Setelah lama berkutat di dapur, akhirnya dia selesai membuat sup. Ervan kembali ke kamar dengan membawa nampan berisi sup, nasi, air putih, dan susu coklat.

Ervan menaruh nampan yang berisi makanan itu di kasur tepat di sebelah Aqila.

"Aqila, Bagun dulu. Kamu makan dulu, setelah itu minum obat."

Ervan menuntun Aqila untuk duduk. Ia menaruh bantal di belakang tubuh gadis itu, untuk jadi sandaran Aqila.

Ervan meniupkan nasi dan sayur yang sudah berada di sendok, lalu memasukan ke dalam mulut Aqila. Ervan terus mengulanginya sampai makanannya habis.

Setelah selesai, Ervan memberikan air putih dan obat kepada Aqila.

"Ila enggak mau minum obat."

"Kamu mau sembuh kan? Harus minum obat."

"Pait, om."

"Mau kamu minum sendiri atau saya bantu?"

"Gimana?"

Pupil mata gadis itu membesar ketika telunjuk Ervan mengarahkan ke bibir Ervan.

"Enggak mau!"

"Mangkanya minum."

Dengan terpaksa Aqila meminum obat itu. "Aaaa pahit, air lagi om!"

Ervan menyodorkan susu coklat ke Aqila. "Minum."

Aqila langsung mengambil sisi coklat yang di sodorkan Ervan, lalu meminumnya.

"Om, enggak kerja?"

"Enggak."

"Kenapa?"

"Kamu kan lagi sakit, masa saya tinggal."

"Om, kerja. Ila sendiri di rumah enggak papa kok."

Ervan menggelengkan kepalanya. "Enggak, saya takut terjadi sesuatu sama kamu. Sekarang, kamu istirahat aja."

Aqila merebahkan tubuhnya. Sebelum pergi Ervan membenarkan selimut Aqila, lalu mengelus rambut Aqila.

Ervan pergi ke ruang kerjanya, karena dia tak pergi ke kantor. Jadi ia bekerja di rumah.

Setalah berjam-jam berkutat dengan laptop, Ervan menutup laptopnya. Lalu meregangkan otot-otot tangannya yang kaku.

Ervan keluar dari ruang kerja lalu berjalan ke kamar untuk melihat kondisi Aqila.

"Lagi sakit jangan main hp."

om, nikah yuk! Where stories live. Discover now