part 12

804 64 3
                                    

Hai
Apa kabar? Semoga baiknya.
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang melaksanakan.
Gimana? Puasanya lancar?
Tetap semangat, beberapa jam lagi buka kok^^

Happy Reading🌻

  ****


"Udah siap, om?" Kepala Aqila menyembul di pintu kamar, ia menatap Ervan yang sedang memakai jas.

"Tolong pakaikan dasi."

Aqila berjalan ke arah Ervan, lalu mengambil dasi yang tergeletak di kasur.

"Ila enggak nyampe, om." Tinggi Aqila hanya sedada Ervan, hingga kesulitan untuk ia memakaikan dasinya.

"Dasar pendek." Ervan mengambil dasi yang Aqila pegang lalu memakaikannya sendiri.

"Bukan Ila yang pendek, tapi om yang ketinggian."

Bruk!

Aqila menutup pintu dengan kasar hingga menimbulkan suara yang cukup keras.

"Lah, ngambek."

Setelah mengenakan dasinya, Ervan menyusul Aqila ke lantai satu.

Ervan duduk di kuris berhadapan dengan Aqila yang tengah menyantap roti. Ia mengambil satu roti lalu menggoleskan selai coklat.

"Ayok berangkat."

"Hm." Aqila berjalan mendahului Ervan, sedari tadi gadis itu diam saja. Mungkin masih ngambek.

Setelah dua hari mereka cuti sekolah dan kerja, hari ini mereka sudah kembali masuk sekolah dan kerja lagi.

"Kamu marah? Padahal itu fakta," ucap Ervan tanpa mengalihkan pandangannya ke depan. Ia sedang menyetir.

"Ih, om nyebelin!"

Aqila semakin di buat kesal dengan ucapan Ervan.

Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit akhirnya mereka sampai di sekolah Aqila.

"Kamu enggak mau turun?" tanya Ervan menatap Aqila yang masih duduk manis di kursi penumpang.

Ervan menyengritkan keningnya bingung ketika Aqila menyodorkan tangan. Setelah paham ia menaruh tangannya di atas tangan Aqila. Lalu menuntun tanganya ke bibir Aqila, untuk di cium. 

"Ih, ila bukan mau salim."

Lah, bukanya Aqila menyodorkan tangan untuk Salim? Kalau bukan untuk apa.

"Terus?" 

"Ila mau minta uang," ucap Aqila pelan.

"Yang lagi ngambek, enggak tau malu minta duit."

"Ya, udah enggak jadi." 

Ervan menahan pergelangan Aqila yang ingin membuka pintu. "Saya becanda."

Ervan mengeluarkan Lima lembar berwana merah di dompetnya, lalu memberikannya kepada Aqila.

"Kenapa? Kurang?" tanya Ervan ketiak Aqila menatap melongo. 

"Enggak, ini malah kebanyakan."

"Makasih, om." Aqila turun dari mobil, ia melambaikan tangannya ketika Ervan pergi.

"Gila, punya suami ke sugar Daddy enak banget." Aqila menatap uang yang ia pegang dengan gembira. Ia biasanya di kasih oleh sang bunda lima puluh ribu, sekarang menjadi lima ratus ribu oleh sumainya.

Aqila berjalan menuju ke kelasnya, yang berada di lantai dua.

"Pagi guys!" Teriakan Aqila berdiri di ambang pintu kelas.

om, nikah yuk! Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz