part 5

996 96 3
                                    

Haiii

Apa kabar semuanya?

Yang kalian tunggu akhirnya up nih sorry, up nya malam-malam gini.

Jangan lupa vote dulu sebelum baca.

Happy reading^^

****

Tok tok tok

"Woi! "

"Bangun woi!"

"Perawan jam segini belum bangun, astagfirullah!"

Aku menutup telingaku dengan bantal, tidak mempedulikan teriakan dan ketukan pintu yang brutal dari Abangku itu.

Di mana-mana pasti ibu yang akan membangunkan anaknya untuk sekolah, tapi berbeda denganku. Bukan bunda yang membangunkanku melainkan Abangku yang setiap hari tak pernah bosan membangunkan adiknya ini.

"Bangun Jubaedah!"

"Lo ga mau sekolah!"

Dengan mata yang sedikit terpejam, aku melangkah ke arah pintu.

Ceklek.

"Apa!" Aku menyender di pinggir pintu dengan tangan yang menggaruk rambutku.

"Ini udah jam tujuh, Lo mau telat sekolah?"

Aku menghentikan aktivitas menggaruk rambutku, mataku pun langsung terbuka sempurna.

Aku melirik jam dinding. "Huaaa telat!" Aku langsung berlari ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tak lama aku keluar dari kamar mandi ternyata Abangku masih ada di kamarku, untung saja aku sudah pakai seragam sekolah.

"Lo mandi bebek?"

"Yang penting basah, bang."  Aku salah satu orang yang tak suka mandi, bawaannya malas buat mandi. Dan ketika mepet seperti ini, aku mandi bebek pun tak masalah yang penting cepat selesai.

"Si Ervan udah ada di bawah," ucap bang Raka sebelum keluar dari kamarku.

"Ngapain dia?" Tanyaku pada diriku sendiri.

Aku buru-buru memakai bedak dan liptin, setelah itu mengambil tas dan pergi ke ruang tamu.

"Bunda aku pamit." Sesampainya di ruang tamu aku langsung menyalami tangan bunda yang sedang duduk mengobrol bersama om Ervan.

"Enggak sarapan dulu?"

"Enggak, nanti aja di sekolah."

"Ya, udah hati-hati."

"Saya pamit, Bun."

"Iya, titip ila ya." Aku lihat om Ervan mengangguk menjawab ucapan bunda.

Eh, dia berjalan di sebelahku. Apa dia mau mengantarku ke sekolah?

"Om, mau nganterin Ila?" Tanya ku sebari menatap wajah om Ervan dari samping.

"Iya."

"Emang enggak kerja?"

"Kerja," jawabnya singkat, Aku membalas dengan anggukan walau aku tak mengerti.

Kami memasuki mobil, sepanjang perjalanan lagi-lagi hanya ada keheningan di mobil ini.

"Makasih, om." Aku keluar dari mobil om Evan.

Aku menaiki sebelah alisku, ketika melihat om Ervan malah ikut keluar.

"Eh, anjir si Aqila di antar sama om-om."

"Ganteng banget."

"Dia abangnya bukan sih?"

om, nikah yuk! Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu