Bab 5 : Kisah Alia (2)

341 57 0
                                    

“Alia, sadarlah!“

Ria tak habis pikir saat satu tamparan membuat wanita bernama Alia itu tak sadarkan diri, sekuat apa tadi?

Laki-laki yang Ria perkirakan sebagai suami dari wanita bernama Alia itu kini sedang menelpon seseorang. Entah siapa, ia tak mendengarkan. Ia fokus ke Alia yang masih juga tak sadar.

Benaknya masih memikirkan hal yang mungkin masuk akal.
Mungkin karena terlalu shock, jadi wanita ini pingsan seketika.

“Halo Citra! Bisa kau datang ke sini?“

“….“

“Ya, ini penting.“

“….“

“CEPATLAH! AKU TAK MAIN-MAIN.“

Ria kembali menutup telinganya. Laki-laki itu hobi sekali berteriak. Kenapa wanita bernama Alia ini mau menikah dengannya.

Beberapa saat kemudian si laki-laki menerima telpon. Lalu beranjak keluar dari kamar, Ria dengan cepat membuntutinya. Laki-laki itu menemui seorang wanita cantik dan seksi yang berada di depan rumah.

Gayanya yang centil membuat Ria merasa ingin muntah. Apalagi saat keduanya sempat berpelukan cukup lama.

“Dasar sinting! Padahal istrinya sedang tak sadarkan diri di ruangan lain,” umpatnya kesal memutar mata sembari melipat tangan di depan dada.

Kini kedua orang itu naik tangga secara bersamaan menuju kamar yang tadi.

“Kau serius? Apa yang kau lakukan sebenarnya?“

“Aku hanya menamparnya, tidak lebih.“

“Lalu kenapa dia bisa tak sadarkan diri?“

“Aku… juga tidak tahu. Bagaimana kalau dia mati?“

Wanita bernama Citra itu mendekat ke arah Alia memeriksa pernapasannya dari hidung.

“Dia masih hidup.“

“Syukurlah, aku akan panggil dokter kemari.“

“Tunggu!“ Citra menahan tangan Tio yang hendak melakukan panggilan. Wanita itu meraih sesuatu di tangan Alia. “Apa kau menamparnya karena dia telah mengetahui kalau kita telah berselingkuh?“

Tio mengangguk, seketika membuat Citra berang. Ia mencampakkan ponsel Tio hingga hancur di lantai.

“Apa yang kau lakukan, hah?“ teriak Tio tak terima.

“Pikirlah pakai otakmu Tio. Kalau dia sadar, dia akan menggugatmu ke pengadilan. Dan harta yang selama ini kau nikmati akan jatuh ke tangan Alia lagi.“ Citra menunjuk-nunjuk kepalanya sebagai penekanan.

Tio termenung tampak berpikir, membenarkan perkataan Citra.

“Kalau begitu kita harus apa?“

“Menyingkirkan Alia.“

“Kau gila?“ ucap Tio tak percaya.

“Lalu, apa solusi lain selain itu. Menyingkirkannya bisa menghilangkan jejak perselingkuhan kita. Menyingkirkannya juga bisa membuat kita tetap bersama. Bukankah kau tak mencintai Alia?“

“Iya, tapi… bagaimana kalau kita ketahuan? Aku tak ingin berakhir di penjara Citra.“

“Kau bodoh! Tidak mungkin kita menyerahkan diri dalam sangkar buaya. Kita harus bermain sedikit cerdik.“

Ria menatap percakapan kedua orang itu dengan mulut menganga. Ia kini beranjak ke tempat di mana Alia berada. Niat buruk kedua orang itu mulai terbacanya.

Lanjutkan Kisahku حيث تعيش القصص. اكتشف الآن