25

893 69 2
                                    

Kekacauan

Ini sangat kacau, Batin Aira.

Sangat!, Tekannya sekali lagi didalam hatinya.

"Rey! Hati-hati!" Suara teriakan Kayana terdengar panik.

"Aku tahu!!" Reynard balas berteriak dengan kesusahan.

"Dia sangat tangguh," Frederick berkomentar.

Bagaimana bisa menjadi seperti ini?

5 jam yang lalu...

"Aira!" Panggil Kayana

Orang yang dipanggil menoleh kearah Kayana yang tersenyum, gadis itu melambaikan tangannya dan berjalan disamping Aira.

"Kenapa?" Aira bertanya memandang kedepan selagi berjalan bersama.

Sudah lama mereka tidak melakukannya.

"Rey dan aku sedang merencanakan piknik, ikutlah bersama kami." Ajak Kayana berharap Aira menerimanya.

"Piknik? Dimana?"

Kayana memasang wajah bahagia, ia kemudian dengan cepat memberitahu.

"Kami menyiapkan sebuah vila didekat pantai, biasanya saat liburan semester paman akan mengajak kami disana."

"Itu tak bisa disebut dengan piknik lagi, rekreasi mungkin?"

Kayana menggelengkan kepalanya,"anggap saja sebagai penghilang stress."

"Tapi...sekarang bukan waktu yang tepat, kita masih harus sekolah" ragu Aira, dia masih memiliki status pelajar baru Kayana juga begitu bukan.

"Jangan khawatirkan hal itu! Kita bolos saja," ucapnya enteng Aira langsung meliriknya.

"Sejak kapan kau belajar membolos?" Tanyanya selidik, Kayana hanya tertawa canggung.

"Aku hanya bercanda, kebetulan kelasku diliburkan jadi kita bisa jalan-jalan sebentar."jelas Kayana.

"Itu kan kelasmu, bukan kelas ku"

Kayana pasrah untuk membujuk Aira, terpaksa dia meminta bantuan temannya.



"Sejak kapan kau tertarik dengan akutansi?" Reynard yang disebelahnya berbisik kecil.

Aira meliriknya sebentar, "sejak dulu, aku selalu menyukai uang." Balasnya dengan berbisik pula, Reynard menatapnya dengan aneh. Bukannya sang paman bilang ia mengambil jurusan psikologi saat diluar negeri.

"Ku kira kau akan mengambil kelas psikologi."

"Aku memang akan, tapi disekolah ini tidak ada yang seperti itu! Perawatan dan kedokteran itu berbeda dengan psikologi!" bisik Aira.

"Juga...aku hanya tertarik akutansi untuk mengatur keuanganku," Reynard mengangkat sebelah alisnya bertanya-tanya.

"Aku yakin Fred adalah orang kaya," diam-diam Reynard menatap wajah gadis disebelahnya. Aira memutar matanya memandang netra hijau itu.

"Itu uangnya! Bukan milikku!" Desisnya pelan. Pemuda pirang itu mengulas senyum kecil, hendak membalas perkataan gadis disebelahnya namun disela oleh suara lain.

"Dua dibelakang jika kalian masih mengobrol, silahkan keluar."

Dua orang itu(Aira&Rey) langsung terkejut dan cepat-cepat fokus pada rumus dan fungsi aljabar di papan tulis. Mereka dengan patuh menutup mulut dan memperhatikan, guru matematika yang mengajar menghela nafas berat. Murid pindahan itu tak terpisahkan dari pemuda pirang itu. Selalu duduk berdua dan saling berbisik. Sang guru berpikir akan berbicara dengan mereka setelah kelas, dan melanjutkan penjelasannya.

Stuck in Novel Where stories live. Discover now