24

838 90 3
                                    

Saat musik berakhir.

Reynard masih diam dalam keterkejutan, dia menatap tak percaya gadis pendek dihadapannya. Gadis yang selalu membawa nostalgia masa lalu dan kejadian yang tak hilang dari ingatan.

Gadis yang terakhir kali dia ingat terbaring tidak berdaya di ranjang rumah sakit, kulit pucat dengan darah memenuhi wajah cantiknya. Netra Zamrud itu terdistorsi menatap lekat wajah memikat itu.

"WOAHHHH!!! LAGI! LAGI! LAGI!"

sorakan para penonton yang masih ingin melihat penampilan dari tiga gadis diatas panggung tidak ditanggapi. Masih dengan ketidak percayaan.

Dia tahu, Reynard tahu bahwa orang didepannya akan kembali. Sangat tahu, tapi mengapa saat orang ini kembali ada sesuatu yang merasa memukul kepala dan hatinya.

"Hei? Rey?" Sang gadis atau Aira memanggil nama sahabatnya, bingung mengapa Reynard tidak bereaksi.

Secara tiba-tiba tubuh gadis itu diseret menjauhi panggung, melewati kerumunan orang-orang. Aira yang tumbuh tertarik hanya bisa mengikuti hingga kemana Reynard membawanya.

Hingga sampai pada Dojo sekolah, tempat dia berlatih memanah. Busur panah yang berjejer rapi di dinding kayu dan anak panah yang tertata rapi. Aira heran mengapa mereka bisa masuk, berpikir bahwa mungkin Reynard memiliki kuncinya.

Tubuh gadis itu didekap erat, dibungkus oleh tubuh yang lebih besar. Ada aroma yang dirindukan oleh Reynard aroma eucalyptus disertai dengan blueberry milk. Reynard menghirupnya dalam-dalam menanamkan pada ingatannya buat tidak lupa. Hingga bau samar musk dan mint yang tercium dari jaket yang dikenakan sang gadis.

Reynard menari diri. Menatap wajah gadis yang menatapnya dengan seulas senyuman lembut.

"Merindukan ku?"

Pertanyaan itu dihiraukan, Reynard memandangnya dengan bingung baru kemudian kenyataan menamparnya. Itu jelas ada sesuatu, seseorang berusaha mengklaim gadis itu menjadi miliknya.

"Kau sudah memiliki pacar?" Alih-alih menjawab Reynard malah bertanya balik.

Aira yang sudah terlepas dari pelukan Reynard memilih untuk duduk di pinggiran Dojo, menepuk pelan tempat disebelahnya sebagai isyarat agar Reynard duduk bersamanya.

"Mengenai pertanyaan mu tadi, aku tak memiliki pacar tapi ada seseorang yang bisa kau anggap begitu." Kata Aira tepat setelah Reynard duduk disebelahnya.

Topi hitam masih terpasang di kepala sang gadis, alasan Reynard tidak sadar bahwa orang itu adalah Aira karena suaranya yang telah berubah dan wajahnya yang telah beranjak remaja. Tidak ada nada kekanakan, malah suara mendayu dan menggoda halus namun sinis dan kasar. Wajahnya semakin memikat tatapan tajam dan bibir merah penuh, pipi tirus dan kulit pucat atau mungkin semakin pucat dari yang di ingat Reynard.

Setidaknya pribadinya tidak berubah, mulutnya masih sama mengeluarkan komentar pedas.

"Bagaimana denganmu dan Kayana? Apa kalian berkencan?"

Reynard menjawab dengan gelang kepala," Tidak kami tidak, dia merasa sangat tidak nyaman disekitar orang-orang asing terutama lelaki. Jadi mungkin dia bergantung kepada keluarga dekat."

"Melihat masa lalu yang terjadi itu memang bisa menjadi, bagaimana denganmu? Apakah kau baik-baik saja?"

Reynard membuka mulutnya siap untuk mengatakan hal baik, tapi kemudian dia tak bisa mengatakannya kepada gadis disampingnya.

"Aku-Aku--" suaranya tergagap tak bisa menyampaikan.

Dia tak bisa, tak bisa untuk mengingat kenangan yang mengerikan. Tubuhnya gemetar kemudian nafas tersengal.

Stuck in Novel Kde žijí příběhy. Začni objevovat