Lolita (2)

643 77 0
                                    

[Kayana]

Aira menjadi aneh, pikirku.

Seringkali aku melihatnya tertidur saat jam pertama atau saat istirahat makan siang, menguap lebar dan tertidur bersembunyi dibalik punggungku.

Atau selain mengantuk yang paling aneh sih, ia menjadi lebih sensitif dari biasanya dan lebih pendiam tidak sarkas seperti biasa. Melihat kearah luar dan memandang keluar jendela kadang kala mengerutkan keningnya.

"Aira, apa kau ada masalah?" tanyaku, sebab sudah tiga hari ia bersikap seperti itu.

Dia memandangku dengan mata coklat muda miliknya, ada sebuah lingkaran hitam tipis dibawah matanya. Ia menatapku tampak linglung dan mengantuk, sebelum menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak ada," ucapnya dengan suara parau.

Aku menatap Reynard, menuntut penjelasan dari dirinya, ia pun sama menatapku dan mengangkat bahunya acuh. Membuat gerakan mulut.

"Biarkan saja,"  ujarnya tanpa bersuara, aku menatapnya lagi dan membuat sebuah isyarat tangan.

"Apa kau tidak tahu sesuatu?"

Reynard melirik kearah Aira sebentar, sebelum kembali menatapku dengan netra hijaunya.

"Dia sibuk melakukan sesuatu."

Hanya itu jawaban dari Reynard yang kutahu, sebelum ia pergi keluar kelas, menerima ajakan teman sepermainannya.

"Aira kau tidak makan siang?" tanyaku, melihat kearahnya yang sibuk memikirkan sesuatu, dahinya berkerut sangat dalam.

Ia hanya menggelengkan kepalanya, bahkan tanpa melihatku sedikit pun.

Perasaanku menjadi buruk, melihat kotak bekal milikku yang masih tersisa setengahnya, membuatku kehilangan nafsu makan. Aku menghela nafas dan menutupnya.

"Yana tidak makan?"

Oh, akhirnya dia berbicara denganku.

Aku menggelengkan kepala, dan menjawab.

"Tidak nafsu,"

Kening mulus miliknya semakin berkerut dalam.

"Tumben? Kenapa? Sakit?" tanyanya beruntun, memajukan wajahnya hingga tersisa sedikit jarak.

Aku menggelengkan kepala, bagaimana bisa aku makan? Disaat dia sedang sibuk, melakukan entah-apa.

"Aira sendiri belum makan," ucapku pada akhirnya.

"Aku akan makan nanti," jawabannya tak membuatku puas.

"Kalau begitu aku akan makan nanti saja," balasku.

Kulihat ia mengerutkan keningnya, dan menghela nafas panjang. Akhirnya menganggukkan kepalanya dan mengeluarkan sekotak susu rasa strawberry dan roti.

Aku tersenyum dan ikut membuka bekalku, kami makan dengan tenang.

.

.

Reynard berdiri disebelah kanan, dengan Aira berada ditengah. Kami menatap minimarket didepan kami.

"Sesuai janjiku, aku yang traktir," pasrah Reynard, sedih melihat uang jajan sebulannya akan dihabiskan oleh kami berdua.

Aku tersenyum canggung dan Aira tersenyum dengan bangga.

Karena aku merasa khawatir apa yang akan terjadi jika Aira tak makan banyak, aku meminta tolong kepada Reynard untuk mengalah adu panco yang di selenggarakan secara dadakan oleh Aira.

Stuck in Novel Where stories live. Discover now