After: Lolita (3)

705 85 3
                                    

Sebuah lemparan sepatu datang, mengenai dengan telak kearah kepala pria itu. Gerakannya berhenti, Kayana yang melihat kesempatan itu langsung menendang dagunya sekuat tenaga, dan berdiri melarikan diri kearah Aira membuka tali yang membelenggu tubuh kecil itu.

"Nice! Yana!" kata Aira semangat, menarik tangan Kayan untuk membuka pintu ruangan itu, selagi pelaku pedofil itu meringis kesakitan.

"Lemparan yang bagus," balas Kayana, membuka pintu tempat itu.

Pintu terbuka, menampilkan ruang tamu apartemen yang dipenuhi sampah rumah tangga, ada cup mie, pakaian yang berserakan, koran-koran kadaluarsa.

"Apa-apaan ini?" Kening mulus Aira berkerut jijik, ia melihat dua tas yang dikenali dan melemparkannya satu kearah Kayana.

"Pakai itu!"

Kayan memakainya, dan mengambil sapu, setelah pergi kearah pintu masuk dan membukanya. Gagang pintu diturunkan hingga menimbulkan bunyi, Namun tetapi tak terbuka.

"Terkunci!"

"Aku benar-benar ingin merebus orang itu sekarang!" Aira berpikir dengan dingin namun kejam.

"KALIAN TAK BISA PERGI! DILUAR SANA SANGAT KEJAM!"

Pria itu kembali mengejar, Aira mengambil sapu yang dipegang Kayana, mematahkan nya menjadi dua bagian dan melemparkannya dengan tepat kerah pria itu yang masih memegang dagunya dan meringis kesakitan.

Sebuah sapu melayang dan dengan tepat mengenai hidung dan matanya. Aira menyeret Kayana kedapur, dan mengambil pisau serta lakban. Menempelkan pisau tersebut kearah patahan bekas sapu, menjadi sebuah senjata tajam.

Pria itu mulai muncul dari sebrang dapur, membawa sebuah stungun. Kayana melihat bumbu dapur mengambil sebuah tepung dan melemparkannya kearah orang itu, disusul dengan merica.

Tepung jatuh dan isinya bertaburan, menciptakan kabut tipis mengurangi penglihatan pria tua itu. Dilemparnya kembali tepung itu dan membuat debu menjadi lebih susah lagi.

Percikan cahaya kecil berwarna oranye datang. Mata pria tua itu membesar dan dia meraung marah.

"KALIAN TIDAK BISA MELAKUKAN HAL ITU?"

Ruangan menjadi putih dan ledakan datang!

Boom!

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"

"KALIAN ANAK-ANAK NAKAL!"

"SEKARANG BARU KAU MENUNJUKKAN WAJAH ASLIMU, PAK SIALAN TUA! HAH!"

Wajah pria itu memerah karena amarah, ditambah dengan provokasi dari Aira, dan rumahnya sudah meledak dan kotor. Para tetangga pasti akan segera kesini atau paling buruknya polisi.

Dengan marah ia mengambil pisau buah, melupakan stungun yang dipegang. Tidak menyadari ada orang dibelakang.

Jleb!

Tusukan datang.

"Terkejut pak tua?" Surai hitam jelaga masuk ke penglihatannya, sebuah senyuman dingin dan mengejek datang.

Ia menepis dengan kasar, hingga Surai jelaga itu terpantuk ujung meja yang tajam. Tangan kanan sang pria siap memberikan sebuah tamparan, sebelum pintu rumahnya didobrak dan segerombolan orang datang.

"JANGAN BERGERAK! POLISI!"

Akhirnya Aira bisa menghela nafas lega, sebelum kegelapan menyambutnya dia sudah kehilangan banyak darah.

Kayana panik dan berteriak memanggil namanya, melihat dia dibawa oleh petugas medis disana. Sebelum dibuat pingsan.

***

Stuck in Novel Where stories live. Discover now