Tahun-tahun yang datang

1K 107 3
                                    

Musim panas telah datang, berbeda dengan musim panas di negara Asia yang lain terasa lembab, berbeda dengan Indonesia yang panas menyengat hingga bisa memasak telur dibawah sinar matahari. Yah, musim baru datang begitu juga dengan kehidupan dan waktu yang berganti.

Di sebuah apartemen sederhana yang nyaman dan tenang, bau masakan menguar dari arah dapur, terlihat sosok tinggi ramping tengah memasak dengan serius. Rambut pirang miliknya dikuncir keatas dengan ikat strawberry, pemberian dari putri yang ia asuh.

Pagi yang tenang untuk memulai hari, setidaknya begitu.

Drap! Drap! Tap!

"Paman! Lihat dasiku tidak?" Sesosok gadis berseragam putih abu bertanya, muncul dari balik tembok dengan rambut coklat kemerahan yang tampak kusut dan berantakan.

Sosok yang dipanggil 'Paman' menghela nafas, ia menuntaskan dulu pekerjaan memasaknya. Kemudian menghadap wajah cantik nan ayu, milik sang putri angkat.

"Coba kau cari di atas meja belajar mu, ada atau tidak?"

Setelah mendengar pertanyaan sanga paman gadis cantik itu langsung kekamar miliknya, beberapa menit kemudian keluar dengan senyuman lebarnya.

"Ada,hehe.."

Mendengar tuturan dari sang putri, paman itu menggelengkan kepalanya lelah. Masih pagi sudah ada saja keributan.

"Rapikan rambutmu, dan bangunkan Reynard. Dia pasti masih tidur." Titah sang paman, yang dituruti oleh gadis itu.

Tok! Tok! Tok!

Pintu diketuk tigak kali, masih tidak memiliki jawaban dari dalam kamar. Kayana, gadis cantik itu menghela nafas panjang, ia kembali mengetuk pintu tersebut masih tak ada jawaban.

Akhirnya Kayana mencoba memutar kenop pintu, hingga pintu kayu itu terbuka dan mengeluarkan suara derit ringan. Udara dingin langsung menyapa kulit Kayana, membuat tubuhnya kedinginan. Ia melihat Airconditioner yang menyala dengan suhu 16 derajat, kemudian mengambil remote yang tergeletak diatas meja belajar dan menekan tombol off.

Kayana melihat tubuh yang tergulung selimut tebal berwarna hijau. Aroma eucalyptus yang berasal dari kamar semakin kuat, dicampur dengan aroma Citrus bercampur dengan aroma mint menyegarkan.

Ah, Kayana merindukan sosok orang yang selalu memiliki aroma eucalyptus ini begitu juga dengan Reynard yang selalu tertidur dengan aroma itu disampingnya.

Kayana menggelengkan kepalanya kuat, dia tak harus memikirkan sosok yang telah pergi berpegang teguh pada perkataannya sejak kecil bahwa ia pasti kembali. Kayan kembali pada tugas awal dia disini, menggoyang tubuh besar didalam selimut dan memanggil namanya pelan.

"Rey...Bagun..."

"..."

Tak ada jawaban tentu saja, Kayana semakin mendengus kesal. Ia mengguncang tubuh itu dengan kuat.

"REY! BANGUN!"

"Hng." Suara serak itu mengerang, mencoba mengumpulkan segenap kekuatan untuk membuka matanya.

Saat mengetahui aroma bunga chamomile kesukaan Kayana menyapa Indra penciumannya. Kelopak matanya perlahan terbuka, menampilkan kedua iris hijau yang sangat menawan. Reynard melihat wajah orang yang membangunkannya, wajah cantik dan ayu, membuat senyuman terbit di bibirnya.

"Pagi...yana," sapanya dengan suara serak basah khas orang yang baru bangun tidur.

Kayan memberikan senyuman hangat, membalas ucapan Reynard.

"Selamat pagi, Rey!"

Reynard bangun dari tidurnya, terdiam sebentar diatas ranjang mengumpulkan nyawa yang bertebaran. Kayana sudah keluar kamar membantu Daniel-sang paman- menyiapkan sarapan.

Stuck in Novel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang