Bab 11: sedikit masa lalu yang terkuak.

1.1K 125 2
                                    

Naira datang dengan membawa sebuah album foto yang cukup tebal bersampul biru tua. Senyuman tersungging di wajahnya terlihat senang menemukan barang yang dimaksud.

"Rey, ini yang Tante maksud tadi." Reynard mendongak mulutnya saat ini penuh dengan waffle ia dengan cepat menelannya setelah beberapa kali kunyahan.

"Padahal Tante tak perlu repot-repot mencarinya." Ujar Reynard merasa tak enak.

"Tidak apa! Tante merasa senang mendapatkan teman mengobrol!" Reynard hanya tersenyum sedikit meringis saat dikatakan teman.

"Ibu bawa apa?" Aira bertanya mewakili rasa penasaran Kayana.

"Habiskan dulu makanan kalian, baru setelah ibu akan mengatakannya."

Aira hanya mengangguk dan dengan cepat menghabiskan makanannya disusul Kayana.

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Aira mendengar sahabatnya tersedak langsung menepuk punggungnya cukup keras.

Mata Kayana berair dan merah, hidungnya terasa mampet. Dengan gumaman lemah mengatakan 'terimakasih'. Kayana meminum Air yang diserah oleh Naira.

"Pelan-pelan saja, tak perlu buru-buru Tante libur kok hari ini." Tutur Naira lembut.

Setidaknya membutuhkan 3 menit lebih untuk memakan sarapan mereka hingga habis. Naira sesuai janji memperlihatkan selembar foto yang ia bawa. Kayana dan Aira yang melihatnya mengangkat alis bingung.

"Itu siapa Tante?" Pertanyaan keluar dari bibir Kayana.

Aira mengangguk menyetujui pertanyaan Kayana. Menyipitkan matanya untuk melihat gambaran dengan jelas.

Dia bisa melihat ayahnya dan ibunya disana, ditambah dengan seorang pria yang tak ia kenal memakai setelan jas. Fotonya nampak tua dan berwarna kekuningan disekitarnya namun terawat cukup baik, jelas sang pemilik sering melihatnya dan menyentuh foto tersebut dengan hati-hati.

Reynard yang terbelakangi keduanya mengintip dari celah, memanjangkan lehernya agar bisa melihat dengan jelas ia bisa melihat foto kelulusan orang tua Aira dan wajah pemuda yang nampak familiar. Reynard menajamkan penglihatan, terasa sangat ia kenal.

Reynard sendiri hampir tersedak air liurnya sendiri.

Pantas saja terasa familiar begitu juga nama yang ia dengar dari Naira.

Wajah pemuda itu menatap kamera datar tanpa senyuman, tatapan matanya tajam dan tegas terlihat tidak peduli rambutnya terpotong undercut rapi. Pemuda di foto itu pamannya.

Reynard agak merasa tak yakin. Dia baru mengenal sang paman hanya sebatas saudara ayah kandungnya. Sebabnya jarang interaksi dan sang paman yang sibuk Reynard hampir tak pernah berbicara dengan sang paman kecuali jika ada masalah dengan nilainya atau sekolah.

Datang kepertemuan wali murid saja tak pernah.

Reynard fokus dengan pemikirannya sendiri tidak menyadari Naira yang menjelaskan kepada Aira dan Kayana.

"Aku baru tahu, Ayah mempunyai teman yang sangat akrab."

Naira tersenyum lembut, membalik halaman album foto menunjukkan pada hari pernikahan mereka. Dengan balutan gaun putih panjang ditubuhnya, riasan wajah nampak anggun dan menambah kesan kecantikan dari Naira.

Sangat cantik dan murni.

Wajahnya penuh kebahagiaan.

Nathan berdiri disampingnya menggandeng lembut lengan Naira, wajahnya tersenyum ramah nampak hangat. Memiliki raut wajah yang sama dengan Naira juga penuh tanggungjawab yang dimiliki.

Pasangan yang tampak bahagia penuh sukacita baru, disisi lain ada pria menggunakan setelan jas hitam dengan bunga mawar merah terselip disaku dadanya. Matanya tak menatap kearah kamera hany melihat kedua pengantin yang nampak bahagia, ada kegelapan dalam matanya yang tak berdasar.

Stuck in Novel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang