Paman dan ketiga anak?!(2)

969 105 3
                                    

Kepulan uap datang, mengembun pada lensa kacamata miliknya. Memberikan kesan berkabut.

Daniel dengan pasrah melepaskan mug teh jahe hangat itu, melepaskan kacamata miliknya dan menaruh disamping tubuhnya. Fokus untuk menilik dokumen yang sudah dibawa.

Sang asisten masih setiap menemani Tuannya dalam keheningan panjang.

"Apa dia memiliki komplotan?" tanya Daniel setelah keheningan panjang, tak mengalihkan pandangannya dari berkas yang ia bawa.

"Sayang kami masih memiliki beberapa spekulatif."

"Ini akan menjadi masalah, awasi mereka dengan baik sekalian berjaga-jaga," dengan tenang Daniel melanjutkan perkataannya menaruh berkas itu diatas meja digantikan dengan segelas teh hangat.

"Lalu, aku pernah melihat sekelompok orang seperti ini." Sambungnya dengan kerutan jijik pada kening, meminum teh hangat yang sedikit merilekskan tubuhnya.

"Kami akan meningkatkan kewaspadaan."

Daniel dengan tenang melihat kearah jendela menyaksikan rintik hujan yang telah berkurang.

"Sebelum itu, kita harus memastikan orang tua mereka mengetahui dimana anak mereka." Daniel menganggukan kepalanya seolah-olah setuju dengan perkataannya sendiri.

Dia tidak ingin wanita itu datang kesini atau mungkin memberitahu Nathan tentang pertemuan mereka. Ia masih tidak ingin melihat wajah mantan sahabatnya.

"Bintang kecil dilangit yang yang biru~"

"Amat banyak menghiasi angkasa~"

Langkah kakinya terhenti. Mendengar tiga suara yang berbeda dengan diiringi alunan melodi piano. Pintu besar yang menghalanginya terbuka sedikit menampilkan ketiga anak yang sibuk bernyanyi dengan riang gembira.

Tanpa sadar langkah kakinya telah lebih dulu me dahului pikirannya membawanya ke pada tigak anak kecil tersebut.

"Aku ingin terbang dan menari jauh--- oh! Pamannya Rey!" Aira melompat dari samping Reynard saat melirik kearah pintu melihat sang wali asuh Reynard berdiri diam disana.

Gadis kecil itu berlari kecil, membuka pintu agar lebih lebar.

"Paman ingin bernyanyi bersama kami?" Tanyanya tepat setelah sampai didepan Daniel.

Daniel menatap wajah gadis kecil itu, mata hijau itu fokus pada netra coklat muda. Sekilas melirik pipi sang gadis yang nampak tertempel plester.  Menatap matanya dengan polos.

Yang anehnya menurut Daniel itu sangat aneh. Selama ini melihat versi kurang ajar ayah gadis ini berhadapan dengan malaikat satu itu, terasa kurang dipercaya.

"Apa paman mau ikut?" Aira bertanya lagi, merasa sang paman didepannya tak menjawab pertanyaannya.

"Kau benar-benar anaknya.." gumaman pelan keluar secara rendah hampir tak terdengar seperti bisikan.

Aira memandang bingung, bertanya-tanya apa maksud orang di depannya ini. Daniel menghela nafas panjang dan menganggukkan kepalanya, tak ingin menyakiti hati ketiga anak yang menatapnya penuh harap.

Lantas wajah Aira bersinar hingga mungkin akan menciptakan bintang-bintang kecil disekelilingnya.

Gadis berambut hitam itu menarik tangan pria itu sebagai isyarat agar berjalan bersama dengannya.

Kayana dan Reynard menyingkirkan dari atas kursi membiarkan sang paman untuk mendudukinya dan mengambil kursi atau mungkin lebih tepatnya menyeret kursi plastik khusus untuk ketiga anak itu yang baru saja dibeli oleh kepala pelayan, begitupun dengan berbagai macam mainan di pojok ruangan yang diabaikan oleh Daniel.

Stuck in Novel Where stories live. Discover now