Bab 3

2.8K 247 3
                                    

Semenjak kejadian kemarin mereka bertiga sering bersama-sama, bermain bersama, makan bersama, tidur siang bersama. Hampir tak terpisahkan di TK Sudah 3 Minggu sejak mereka bersama hingga tiba ulang tahun ke-enam Aira yang diadakan dirumahnya.

Yah...juga lidahnya yang tak secadel dulu membuatnya bahagia.

"Yana! Rey! nanti sore jangan lupa datang ya! Kita makan kue bersama!"

"Oke!" Gadis berumur 6 tahun dengan Surai kemerahan menjawab dengan lantang.

Seorang lagi hanya mengangguk kepalanya dengan lucu.

"Aku tidak sabar untuk nanti." Kayana sang gadis kecil bersurai kemerahan dengan imajinasi tinggi miliknya membayangkan betapa seru nanti sore.

"Aku juga." Reynard menanggapi.

Sudah lebih 3 Minggu berteman, Reynard lebih terbuka sekarang walau kadang dia sesekali Ragu-ragu atau malu ikut menimbrung pembicaraan.

"Reynard!" Seorang guru pembimbing memanggilnya, mengenakan apron merah muda dengan gambar kelinci.

"Iya?" Balas Reynard berlari kecil kearah sana.

Aira dan Kanaya hanya melihat dari belakang saat mereka -Guru dan Reynard- berbicara dengan raut muka serius. Wajah Reynard yang tadi dilingkupi kebahagiaan sekarang suram, dan enggan terlihat. Sella -nama guru pembimbing itu - nampaknya memberitahu sesuatu yang tidak mengenakkan, Reynard mengangguk kepalanya mendengarkan.

"Kalau begitu jangan lupa bilang ibumu."

Setelah itu Sella pergi begitu saja.

Aira menghampiri Reynard tanpa disadari sang empu, dan menepuk bahunya pelan.

"Kenapa?" Tanyanya yang dibalas gelengan kepala.

"Tidak papa."

Setelah itu Reynard berlalu pergi begitu saja meninggalkan Aira dengan banyak pertanyaan.

"Dia kenapa?" Kanaya yang baru sampai disisi Aira membuat isyarat kearah Reynard.

"Gak tau." Aira menggelengkan kepalanya tak mengerti.

Sore hari datang begitu cepat.

Aira duduk di sofa ruang tamu mengenakan gaun Putri berwarna putih dengan rumbai dan pita merah di pinggang kecilnya. Matanya menelisik makanan dimeja dan kearah jam dinding, dia menggigit bagian dalamnya harap-harap cemas.

Ding Dong

Mengalahkan Kecepatan sang ayah yang berada di dekat pintu, ia membuka pintu ruang tamu memperlihatkan seorang gadis cantik serta manis menggunakan gaun satin merah muda dengan rambut kemerahan yang tergerai sepanjang punggung. Nampak sangat cantik, kaki kecilnya bertahtakan sepatu merah dengan pita dan hiasan permata dia tampak seperti gadis kecil dalam cerita dongeng.

"Apa aku terlambat?" Tanyanya suara halus mengalun merdu.

"Tidak, kau datang tepat waktu." Aira mempersilahkan sang tamu masuk, menyuruhnya untuk duduk di bangku taman.

"Kayana sudah datang? Astaga kau cantik sekali." Puji Naira melihat penampilan Kayana.

"T-terimakasih." Kayana nampak malu-malu.

Setelah Kayana datang, mulai berdatangan satu-persatu teman-teman sekelas atau anak-anak tetangga seumuran. Namun tidak terlihat sang rambut pirang tersebut.

"Yana! Apa kau melihat Rey?" Aira bertanya setelah meneliti bahwa temannya yang satu itu tak terlihat batang hidungnya rambutnya yang mencolok pun tak terlihat.

Kayana menggelengkan kepalanya,"Aku tak lihat, Rey mungkin akan datang terlambat."

"Apa menurutmu dia akan datang?" Tanyanya gelisah, ini sudah waktunya potong kue.

Stuck in Novel Where stories live. Discover now