Saat ini mereka bertiga sudah berada di dalam mobil dengan Manda yang mengemudi. Manda mengemudi dengan kecepatan tinggi. Renata dan Sela yang ada di dalam mobil itu rasanya ingin memukul kepala Manda dengan bata. Sepuluh menit, mereka sampai di lokasi, andai tidak ada lampu merah mungkin lima menit Manda akan bisa sampai di tujuan.

Sesampainya di lokasi, Renata dan Sela segera kelur dari dalam mobil, dengan keadaan Sela yang mabuk hingga muntah-muntah. sedangkan Renata berjongkok sembari menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan yang ia tempalkan di lutut. Benar, kepalanya saat ini sedang pusing, bahkan rasanya ia masih berada di dalam mobil dengan kecepatan mobil penuh.

Manda melihat kedua temannya sembari menghela nafas. "Alay amat dah lo berdua, pakek mabok lagi," Ucap manda tanpa ada rasa bersalah.

Setelah Sela mengeluarkan isi perut nya, ia langsung duduk di lesehan di tanah dengan bersandar pada ban mobil Manda. "Gue teler anjir, lemes," Keluh Sela sembari memejamkan kedua matanya.

Tiba-tiba secara bersamaan, Renata dan Sela menatap ke arah Manda dengan tatapan tajam keduanya. "Anjing lo, Nda! " Maki kedua nya secara bersamaan.

Hal itu membuat Manda tersentak, dan dirinya hanya menyengir. "Biar cepet nyampe kok, bestie," Cengir Manda sembari memberikan air minum ke-kedua temannya, dan dengan segera mereka berdua meminumnya.

Setelah merasa tenang dan kepala keduanya tak pusing lagi, mereka bertiga segera beranjak memasuki tempat pertandingan basket.

Setelah memasuki lapangan basket, mereka dibuat terkejut oleh banyak nya orang-orang yang sudah duduk rapi dikursi penonton.

"Buset, rame bener." Ucap Manda.

"Mck, nama nya juga turnamen basket. ya rame lah, kalo mau sepi pergi sana ke kuburan!" Sewot Sela sembari meneliti satu persatu orang yang ia lihat.

"Heh! Anjing, kok lo nyolot sih!" Sahut Manda dengan suara tinggi.

Renata melihat secara bergantian ke arah keduanya, lalu ia menghela nafas lelah. Taman nya ini sangat tidak tau tempat untuk berdebat. seharusnya mereka segera mencari tempat duduk bukan? Sebelum bangku penonton itu penuh terisi.

Tanpa permisi, Renata pergi meninggalkan keduanya yang masih saja ribut. Renata berjalan ke arah kursi penonton yang masih kosong dan langsung mendudukinya.

Dilihatnya sekitar arena lapangan basket, nampak di sana para pemain sedang melakukan pemanasan yang di bimbing para pelatih.

Mata nya meneliti dengan tajam ke arah para pemain basket dari SMA nya, ia mencari keberadaan seseorang yang membuatnya bersemangat datang ke turnamen basket ini.

Setelah menemukan keberadaannya , yang mana orang itu memunggungi para penonton dan tentunya Renata hanya bisa melihat punggung Vano dengan nomer punggung 7 itu.

Renata tersenyum manis sembari memperhatikan Vano pemanasan. selang beberapa detik, dimana momen yang paling ia tunggu-tunggu, Vano berbalik badan kearahnya, sungguh, Vano sangat tampan bahkan dirinya benar-benar ingin menghampiri Vano dan memeluknya. tapi dirinya takakan melakukan hal bodoh semacam itu, tentu saja itu hanya akan membuat dirinya malu sendiri.

Renata benar-benar memperhatikan Vano dengan teliti, matanya selalu bergerak seiring Vano berjalan. Saat yang bersamaan mata  keduanya saling bertubrukan, membuat keduanya saling pandang. degub jantung Renata berpacu kencang tidak normal.

Dengan segera Renata memberikan seulas senyum ke arah Vano, namun orang itu malah membung muka dan beranjak pergi menuju pelatih.

Senyuman yang terpancar dari bibir Renata pun pudar tergantikan oleh wajah penuh kecewa dan kesal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 28, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kakak Kelas (Revisi) Where stories live. Discover now