BAB 26

65 13 6
                                    

✈️✈️

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

✈️✈️

KRING!!

Bel masuk berbunyi, mengguncang beberapa sudut bangunan kampus yang teramat megah, dengan halaman berhektar luasnya. Di mana para mahasiswa-mahasiswi, tengah beradu canda di setiap kooridor kelas. Mereka semua lekas berhamburan memasuki ruang kelas masing-masing, untuk menanti kedatangan dosen dan memulai mata pelajaran di jam pertama.

Berbeda dengan Fakultas Seni Rupa, yang berolahraga pada pagi ini, dan mulai melakukan pemanasan di lapangan yang dipenuhi dengan rerumputan hijau. Satu per satu gerakan selesai dilakukan, hingga dosen kebugaran jasmani memberikan perintah untuk lari memutari lapangan. Namun, sedari tadi bola mata Lee Ji Eun tidak berhenti berputar—mencari keberadaan seseorang, yang membuat pikirannya penuh dengan pertanyaan.

“Udah jam segini, kenapa Lee Bit Na belum kelihatan juga di kampus?” Sebuah pertanyaan, yang tidak juga mendapatkan jawaban. Sebab, batang hidung Lee Bit Na masih belum terlihat, hingga jam olahraga pagi itu selesai.

“Kamu tau Lee Bit Na kenapa nggak masuk ke kampus hari ini, Jae? Kamu dapat kabar dari dia?” tanya Lee Ji Eun, ketika akan mengambil handuk kecil di loker miliknya, bersama dengan Park Jaehwa.

Dengan tatapan sinis, Park Jaehwa menutup lokernya seraya menyeka keringat yang bercucuran di leher. “Kamu masih memikirkan dia? Sedangkan, dia nggak pernah memikirkan kamu.”

“Tapi, Lee Bit Na masih ....”

“Jangan sebut nama si brengsek itu lagi di depan mukaku, Eun! Aku udah muak,” potong Park Jaehwa, kemudian beranjak pergi meninggalkan Lee Ji Eun yang terdiam bingung.

Beberapa saat, segerombolan mahasiswi datang untuk mengambil barang mereka di loker masing-masing. Dengan perbincangan yang membuat Lee Ji Eun membulatkan kedua bola mata, karena tidak percaya. Para anak perempuan itu, membicarakan seorang mahasiswi Fakultas Seni Rupa yang sedang mengandung, dan bekerja di salah satu toserba dekat persimpangan jalan yang akan mengarah ke kampus; Seoul University. Perbincangan yang semakin tertuju pada sosok Lee Bit Na, membuat amarah Lee Ji Eun memuncak.

“Ya! Hei!” bentak Lee Ji Eun menghampiri segerombolan mahasiswi itu. Lalu, menggebrak pintu loker dengan tatapan tajam. Pertengkaran di antara mereka hampir saja terjadi, sebelum seorang laki-laki berkulit putih datang memanggil Lee Ji Eun, untuk ikut dengannya ke ruangan dekan.

“Kenapa dekan memanggil saya ke ruangannya, Pak?” tanya Lee Ji Eun, membuat langkah Min Yoongi terhenti. Lantas, menoleh ke belakang dengan bulu lentiknya yang mengerjap anggun.

“Apa kamu nggak tau, kalo hari ini dekan mengambil cuti karena ada acara keluarga di Busan?” tanyanya balik, mengerutkan kening Lee Ji Eun.

Lee Ji Eun mendelik, seolah mengetahui maksudnya itu. “Geureseo? Jadi?

Min Yoongi melempar senyuman yang terlihat gusi merahnya di atas gigi putih; sangat manis, tapi begitu singkat. “Supaya nggak terjadi keributan di ruang ganti,” ujarnya, sebelum berlalu pergi seraya memasukkan kedua tangan ke saku celana. Langkah tegak, yang panjang membuat Lee Ji Eun mengumpat kesal, sambil memandang siluet tubuhnya dari belakang yang semakin menjauh.

Namun, tiba-tiba suara sorakan terdengar dari para teman-teman Lee Ji Eun, yang datang menghampiri. “Hati-hati, nanti jatuh cinta sama pak dosen Yoongi,” bisik Park Jaehwa, suara cempreng dari Kyong pun menyusul. Sehingga, Lee Ji Eun memilih untuk pergi dari sana, sembari menutup kedua telinga.

Sepasang kaki Lee Ji Eun, berhenti di depan ambang pintu yang sedikit terbuka. Tanpa sengaja, ia mendengar perbincangan salah seorang rektor kampus dengan kepala dosen Fakultas Seni Rupa, dan ketua komite kampus; yang di mana perbincangan itu membahas mengenai beasiswa Lee Bit Na, yang akan dicabut secara paksa. Akan tetapi suara bel istirahat yang berbunyi keras, membuat Lee Ji Eun tidak dapat mendengar jelas alasan petinggi kampus, mencabut beasiswa yang sudah susah payah Lee Bit Na dapatkan itu.

Buru-buru Lee Ji Eun mencari keberadaan Park Jaehwa, untuk menyelidiki semuanya. Termasuk dengan sosok Lee Bit Na, yang masih belum terlihat di sekitar area kampus. Berkali-kali Lee Ji Eun menelpon Lee Bit Na, tetapi tidak mendapatkan sahutan dari bunyi telepon yang berdering. Begitu dengan para laki-laki seperti Kim Seok, Kyong, dan Ha Joon yang tidak menemukan Lee Bit Na di rumah kontrakannya, dan juga di toserba tempatnya bekerja. Mereka semua terpaksa meninggalkan mata kuliah berikutnya, hanya untuk mencari Lee Bit Na yang menghilang entah ke mana.

Hingga, sebuah saran dari seorang dosen laki-laki yang dikenal baik oleh mereka, membuat mata Lee Ji Eun berbinar—menandakan bahwa, ia sepakat dengan sarannya, untuk segera mengunjungi beberapa rumah sakit di wilayah kota Seoul. “Saya boleh ikut? Saya juga ingin tau keadaan Lee Bit Na, dia juga salah satu siswi di kelas saya, jadi ....” Belum sepenuhnya Min Yoongi berbicara, Lee Ji Eun lebih dulu memotongnya.

“Karena Bapak udah mengusulkan ke kita, buat mengunjungi rumah sakit. Jadi, Bapak boleh ikut,” timpal Lee Ji Eun demikian.

Rumah sakit terakhir yang mereka kunjungi, telah mempertemukan mereka dengan seorang perempuan muda, yang berlari pergi dari ruang pengambilan obat, usai mendapatkan kabar dari perawat di sana. Langkahnya yang begitu terburu-buru, membuat Lee Ji Eun langsung menyusul kepergiannya. Setelah ia mengetahui bahwa perempuan itu, ialah Lee Bit Na. Sedangkan, teman-teman yang lainnya dan Min Yoongi mengikuti dari belakang dengan langkah kecil.

“APPA! AYAH!” jerit Lee Bit Na, kemudian meringkuk tubuh kaku seorang laki-laki yang terbaring di atas ranjang rumah sakit, dengan selimut putih yang sudah menutupi sekujur tubuhnya itu.

“APPA! AYAH!” jeritnya sekali lagi, kali ini hingga terdengar Isak tangisnya. Bahkan, Lee Bit Na terus-menerus menggerakkan tubuh laki-laki—yang dipanggilnya sebagai ayah. Ia masih belum mempercayai, bahwa ayahnya sudah mengembuskan napas yang terakhir.

Perlahan, langkah dari sepasang kaki Lee Ji Eun mendekat ke ruangan itu. Kemudian, meraih bahu rapuh milik Lee Bit Na, yang enggan berdiri tegak di depan jasad ayahnya. “Bit Na-ya!” panggil Lee Ji Eun lirih, membuat tangis Lee Bit Na terhenti sejenak untuk menoleh ke belakang, melihat kedatangan Lee Ji Eun, teman-temannya dan juga Min Yoongi di sana. Lee Bit Na langsung menyeka kasar air mata, yang masih mengalir di kedua pipi.

“Yogin wae on geoyo? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Lee Bit Na pada Lee Ji Eun dengan bola mata yang berkaca-kaca. “WAE?! KENAPA?!” ulangnya, dengan penegasan.

Sehingga, Lee Ji Eun pun langsung meraih tubuh Lee Bit Na dan memeluknya erat. Begitu dengan Park Jaehwa yang mulai mendekati, untuk ikut berpelukan dengan mereka berdua. Sementara, para laki-laki hanya bisa diam dan memilih untuk beranjak ke luar dari ruangan—memberikan ruang, bagi Lee Ji Eun dan Park Jaehwa supaya dapat menenangkan Lee Bit Na yang sedang terpukul, akan kepergian ayahnya itu.

Namun, Lee Ji Eun justru mengurungkan niatnya untuk menceritakan kejadian yang terjadi di kampus, tentang Lee Bit Na yang mendapatkan rumor miring bahwa sedang mengandung, dan beasiswanya pun akan dicabut paksa oleh pihak kampus. Sehingga, ia memberikan waktu bagi Lee Bi Na menangis di pelukannya, sementara Park Jaehwa dan teman-teman yang lainnya mengurus pemakaman ayahnya. Min Yoongi pun ikut menenangkan Lee Bit Na, bersama dengan Lee Ji Eun. Hingga tiba-tiba, Lee Bit Na merasakan tekanan yang kuat di perutnya, yang membuat ia harus berlari ke semak-semak dekat rumah sakit untuk memutahkan sesuatu dari mulutnya.

“Odi apeuseyo? Apakah kamu sakit?” tanya Lee Ji Eun menghampiri.

Lee Bit Na menggeleng, tetapi disusul dengan tekanan di perut yang kembali membuatnya muntah-muntah. Tidak ada makanan yang ke luar dari mulutnya, hanya rasa mual yang begitu menekan perut. Sehingga, membuat Lee Ji Eun dan Min Yoongi curiga padanya. Lantas, secara tiba-tiba pandangan Lee Bit Na terlihat gelap dan buram, dengan keadaan kepala yang terasa berat. Dan, membuatnya terjatuh pingsan.

✈️✈️

TERIMA KASIH, THANK YOU AND GOMAPSEUMIDA. 사랑해
Salam hangat, Nonasenduu

HELLO FUTURE from 38.000ft [ END ]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ