Stepfather|| END ✔️

• Chapter 19 - One point view

HAPPY READING
VOTE

•••

Kecelakaan yang terjadi kemarin membuat tangan kiri yang dimiliki Veen harus diperban. Membuat
keadaan pria itu bertambah kacau. Saat ini dia memutuskan untuk bermalam dipenginapan disekitar tempat tersebut.

Kini jam menunjukan pukul 10 pagi dengan suasana yang cukup baik untuk memulai aktivitas kembali.
Veen merongoh sakunya, mengeluarkan ponselnya.
Ponsel tersebut terlihat sedikit retak dengan beberapa spam notif dari sang kekasih, turut memenuhi seisi layar. Namun Veen mengabaikan hal itu.

Ia mencari kontak seseorang yang dituju untuk mengirimkan lokasi keberadaannya. Supir pribadinya yang akan menjemput. Kini Veen keluar dari penginapan.

•
"Tuan, ada apa?."

"KENAPA LAMA SEKALI?."

"Maaf tuan Veen."

Setelah menunggu lama, Veen masuk kedalam mobil dengan memerintahkan supir tersebut untuk segera pergi.

"Jangan banyak tanya!!."

"Ba— baik tuan."

Notif telfon dari Brako terus saja berbunyi, sejak sebelum dirinya memutuskan untuk keluar dari penginapan tadi. Brako sang paman terus saja mencoba menghubunginya, tapi tidak satu pun panggilan masuk dari pria itu ia angkat.

Karena terus saja merasa terganggu dengan panggilan yang terus masuk dan rasa hutang budi dimilikinya. Membuat pria itu akhirnya memilih untuk mengangkat telfon dari pamannya.

• "Ada apa?."

• "Veen. Aku terus menghubungimu!!."

Balas seseorang dari telfon tersebut.

• "Maaf. Saya baru saja mengalami kecelakaan."

• "dimana?."

• "Ada apa?."

• "Tolong paman. Veen!!."

• "Memang nya ada apa?."

• "Aku akan mengirimkanmu lokasi tempat, temui aku segera!!. Paman mu ini membutuhkanmu."

• "Baiklah, tunggu saja."

Pria itu menyerahkan ponselnya pada supirnya.

"Ambil ponselku dan pergi ketempat itu!!."

"Baik tuan."

•

Sesampainya dilokasi tersebut, Veen hanya melihat sebuah pondok kecil yang terbuat dari tumpukan kayu. Veen menyiritkan alisnya. Pria tersebut kini masuk tanpa ragu.

"Kau dimana?."

Panggil Veen pada seseorang.

"Veen."