32. Teror

1.3K 83 0
                                    


Manusia berubah terlalu cepat.

_Rasat_

^^^

Sudah satu minggu yang lalu setelah kepergian Bella. Sekar berjalan dengan pelan menuju ke arah perpustakaan bersama dengan Clara tentunya yang memaksa ikut.

Ketika mereka lewat pun bisik-bisik dari mereka tidak berhenti. Clara juga ikut di benci karena dia dekat dengan Sekar. Namun Clara tidak memperdulikannya.

Sesampainya di sana Sekar membulatkan matanya melihat Rino sedang di cekik oleh Audy di dinding perpustakaan. Tetapi hanya dia dan Rino saja yang melihatnya.
Beberapa buku berterbangan menghantam tubuh Rino.

"Brengsek lo Dy!" umpat Rino sambil melepaskan cekikannya.

"Heh! Lo kenapa bisa kecekek begitu woy!" panik Clara yang juga melihatnya.

"Audy lepaskan dia!" perintah Sekar dan berlari ke arah mereka.

Dia harus mati!

Audy menatap tajam ke arah Sekar, ia terus menerus mencekik leher Rino, sampai Rino seperti akan mati karena sudah kehabisan nafas.

"A-audy?" gumam Clara yang tidak melihat siapapun di sana kecuali Rino.

Cekikan berhasil di lepaskan ketika Sekar membacakan doa.

Rino terbatuk-batuk dan memegangi tenggorokannya yang terasa sangat sakit. Ia duduk di atas lantai sambil terbatuk-batuk.

"Sebenarnya apa yang sedang kamu sembunyikan Rino?!"

"Bukan urusan lo!"
Sarkas Rino dan langsung pergi meninggalkan Sekar dan Clara.

Sekar menjadi semakin curiga, kalau Rino ada sangkut pautnya dengan Audy. Bahkan dari nada bicaranya yang berubah menjadi lo gue.

"Kar! Tadi itu Audy?"

"Iya."

"Dia punya dendam apa sih sama Rino, kok bisa sampai segitunya?"

"Aku nggak tahu."

"Kok merinding yaa." Celetuk Clara sambil memegang lehernya sambil celingukan.

"Jangan peduliin."

Mereka berdua duduk di kursi perpustakaan lalu mulai membaca buku, tapi hanya Sekar saja yang membacanya, sedangkan Clara dia sibuk memainkan ponselnya.

***

Sedangkan di sisi lain seorang gadis dengan wajah cantik dan tatapan tajamnya sedang melihat pantulan dirinya di depan cermin lalu memoleskan lip cream pink natural.

Perempuan tersebut menjatuhkan lip creamnya ketika melihat seseorang di belakangnya. Matanya membola melihat dari kaca. Pakaiannya yang lusuh serta jangan lupakan matanya yang merah menatap tajam ke arahnya. Kepalanya terkulai lemas ke samping. Darah segar mengalir dari kepalanya.

Krek!

Krek!

Bunyi retakan tulang terdengar lirih dari lehernya yang terkulai.

Bahkan ketika gadis itu ingin pergi dari sini, kakinya sangat sulit untuk ia gerakan. Ia seperti patung mati.

"A-audy?"

Sebentar lagi, kamu akan mati!

Ketika ia membalikkan badannya, sosok Audy sudah tidak ada lagi di belakangnya. Bahkan wajah seorang perempuan tersebut sudah pucat melihatnya.

"Bangsat! Lo udah mati anjing!"

Kesalnya lalu keluar toilet dengan menghentak-hentakan kakinya kesal dan tubuh yang gemetar. Tidak, mungkin dirinya hanya berhalusinasi.

RASATOnde as histórias ganham vida. Descobre agora