8. Mencoba membantu mereka

1.9K 111 0
                                    


Jangan sembarangan membantu mereka, karena mereka sama seperti kita, ada yang baik dan ada yang pura-pura baik.

                               _Rasat_


Seperti janjinya Sekar sudah berada di depan gudang belakang sekolah. Sekar membuka pintu gudang lalu masuk ke dalam. Gudang itu hanya terdapat kertas-kertas berserakan dan berdebu. Sedikit terbatuk karena debu yang berterbangan ketika Sekar membuka pintunya.

Ia pun tidak berpikir untuk mengabari Damar, ia akan melakukannya sendiri.

Sekar mencari sosok tersebut namun dia tidak menemukannya di dalam gudang. Sekar terus berjalan mencarinya.

Di sisi lain, Damar sedang kebingungan saat ini mencari Sekar, niatnya ingin mengajak Sekar pulang bareng malah belum melihat Sekar.

"Lo liat Sekar nggak Da?" tanya Damar kepada Ida saat sedang berada di depan kelas Sekar.

"Mana gue tahu."

"Ngapain sih lo nyariin dia! Nggak penting banget!" Damar berdecak, ia tidak bisa percaya begitu saja bahwa Sekar sudah pulang.

Damar sudah mencari di perpustakaan tapi nihil, Sekar tidak ada di sana, kantin, UKS, toilet pun sama sudah di cek oleh Damar.

Hanya satu tempat lagi yang belum Damar lihat, gudang belakang sekolah, tapi apa mungkin Sekar sedang berada di sana. Damar juga sudah menelponnya sepuluh kali, namun ponsel Sekar datanya mati.

Sedangkan di sisi lain Sekar belum menemukan apapun di sana. Sekar terus berjalan sesekali membuka-buka berkas ulangan. Hawa dingin berubah menjadi lebih dingin di sini.

Brak!

Suara itu berasal dari pintu yang tertutup keras dari luar, Sekar terlonjak kaget dan beralih menuju ke sana. Sekar menggedor-gedor pintu gudang namun nihil, tidak akan ada seseorang pun di sana.

Sekar berpikiran negatif, sekarang pasti dia sedang di jebak oleh mahluk halus.
Sekar berbalik saat lehernya menegang dan merasakan hawa yang sangat dingin.

Aku di sini

Ucapnya dengan seringaian yang mempunyai makna.

"Kenapa pintunya harus di tutup?"

Supaya aku lebih mudah membunuhmu!

Sosok itu berubah menjadi Wasista, Sekar merutuki dirinya sendiri, kenapa ia bisa lengah dan terjebak. Nyi Wasista tertawa dengan keras.

Saiki koe bakalan mati, bocah!

(Sekarang kamu akan mati, bocah!)

Sekar merapalkan doa , kalung yang di berikan kakeknya juga berkadap-kedip sedari tadi.

Sekar mundur ke belakang, ia sedari tadi selalu merapalkan doa. Punggung Sekar sudah menabrak pintu, tubuhnya gemetar saat ini, keringat bercucuran di dahinya, jantungnya berdegup kencang.

(Jangan takut, kita punya Allah yang senantiasa melindungi kita)

Perkataan dari kakeknya terputar begitu saja. Sekar terus merapalkan semua doa, namun mulutnya terkunci oleh Nyi Wasista, tubuhnya sudah kaku untuk bergerak.

Nyi Wasista mencengkeram erat leher Sekar dan lengan Sekar.

Kalung pemberian Kakeknya tidak bisa bekerja karena kekuatan Nyi Wasista yang sangat kuat.

MATI

Nafas Sekar sudah hampir habis saat ini, entahlah mungkin akhir hidupnya akan seperti ini.

RASATWhere stories live. Discover now