9. Mata batin

1.9K 111 1
                                    


Apa yang kamu ucapkan memang mudah, tapi kamu tidak tahu seberapa sulit mereka menjalaninya.

                         _Sekar Rahayu_


Sekar pergi berjalan menuju ke arah kelasnya, ia tidak akan pergi ke kantin lagi, ia berjaln masuk ke dalam kelasnya, Sekar menyapu pandangan ke arah kelas, hanya ada empat anak di sana.

Sekar duduk di kursinya, ia membenamkan wajahnya di lipatan tangannya. Mendengar suara teman-temannya tertawa bercanda dengan tenang.

Sampai kelasnya sudah ramai dan guru mulai mengajar di depan papan tulis. Beruntung Sekar sekarang tidak di jahili lagi oleh Clara.

Jam demi jam pun berlalu kini bel istirahat berbunyi, Sekar tidak ada niatan untuk pergi ke kantin ataupun ke perpustakaan.
Lebih baik di sini , sunyi dan tenang. Membuka buku pelajarannya kembali lalu membacanya.

Damar tersenyum manis ke arah Sekar di ambang pintu, dia berjalan lalu duduk di kursi kosong samping Sekar.

"Nggak ke perpustakaan?" tanya Damar di balas gelengan kepala oleh Sekar.

Hening beberapa menit di antara mereka, Damar menatap lurus ke depan sedangkan Sekar masih membaca bukunya.

Suara tawa dari seseorang yang tidak mereka kenal memasuki kelas Sekar.
Dua perempuan dan juga dua anak laki-laki yang Sekar tahu kelas sebelah.

"Sekar, gue boleh ngomong sama lo sebentar?" tanyanya ketika mereka berempat sudah berdiri di depan Sekar dan Damar.

"Apa?" jawab Sekar sambil menatap tajam ke arah gadis di depannya.

"Sebelumnya, kenalin gue Melisa, ini Dian, dan yang belakang itu, Dion sama Rio."

Sekar memperhatikan mereka semua yang tengah tersenyum kecuali Dion, Sekar mengangguk pelan mengerti.

"Lo bisa lihat hantu kan?"

Sekar diam tak menjawab.

"Kalau gitu gue mau minta tolong sama lo."

"Apa?"

"Gue mau ngebuktiin kalau lo bener-bener bisa liat mereka, jadi gue minta lo buat... Gue bisa liat mereka."

Hening setelah Melisa mengucapkan itu, Sekar menatap tajam Melisa di depannya. Damar terlihat kebingungan, sedangkan yang lainnya hanya menunggu jawaban dari Sekar. Melisa hanya ingin melihat yang aslinya, dia juga pencinta filh horor, ia hanya ingin membuktikan saja bahwa lebih seram yang di film atau aslinya.

"Nggak bisa."

"Ck! Gue cuma mau ngebuktiin aja , apa susahnya sih?!Lagian gue berani kok kalau harus ketemu sama mereka."

"Sekar udah bilang nggak bisa, kenapa lo masih maksa?" Sahut Damar.

"Jangan ikut campur!" Sahut Dion yang menatap tajam ke arah Damar.

Damar juga membalas tatapan Dion tak kalah tajam.

"Resikonya terlalu besar!"

"Apa resikonya?" Melisa bersedekap dada dengan satu alis yang terangkat.

"Takut, gila."

Dian dan Melisa hanya saling pandang satu sama lain lalu mengedikan bahunya tidak tahu.

"Butuh berapa juta buat gue bisa lihat mereka?"

"Aku nggak butuh uang."

"Kenapa sih, bukanya seneng yah , lo bisa ngobrol sama mereka, bisa main sama mereka, gue juga pengin lihat mereka Kar!"

RASATWhere stories live. Discover now