64. Mana Maafmu?

Mulai dari awal
                                    

Levi tersenyum kecil. Ia mengusap rambut Zilva dengan sayang. "Nanti mi ayam sama es telernya kamu bawa masing-masing lima, ya, buat keluarga."

Zilva mengangguk paham. Ini nih, yang buat dia semakin tidak bisa lepas dari Levi karena ini, traktiran. Sesekali ditraktir tidak termasuk matrek, kan?

Setelah pesanan Levi selesai dibuat, mereka beranjak dan Levi berjalan ke arah keluarga kecil pedagang mi ayam itu untuk membayar semua.

Semuanya tercengang, kecuali Zilva. Gadis itu malah tersenyum bangga. Mereka semua terkejut karena setumpuk uang berwarna merah yang ditaruh Levi.

"Ini kebanyakan, Kak!" seru Bunga.

Levi hanya tersenyum dan langsung pergi dari sana. Sedangkan Zilva yang paham melihat mereka bingung harus apa, berkata, "Maaf kalau saya lancang, tapi silakan diterima, Kak. Beliau memang seperti itu, irit ngomong, tapi tindakannya sat set."

Setelah mengatakan itu, Zilva langsung masuk mobil mengikuti Levi. Bibirnya tak berhenti mengulas senyum. Ah, hari ini sungguh membahagiakan untuknya, traktiran salah satu faktornya.

Setelah sampai rumah, ia merapikan bawaan dari Levi dan mengganti pakaiannya agar lebih nyaman.

Sore hari, setelah Zilva bersih-bersih rumah tiba-tiba ia kepikiran tentang Gabriel. Tidak baik menggantung perasaan Gabriel seperti itu, ia harus tegas menentukan pilihannya.

Ponsel yang tergeletak di meja ia ambil kemudian ia sentuh layarnya beberapa kali. Ponselnya ia tempelkan di telinga dan terdengar alunan nada khas telepon.

"Halo, Gabriel."

"Zilva, aku minta maaf, Sayang."

Gadis itu mengembuskan napas lelah. Sudah berapa kali Zilva mendengar kata 'maaf' dari Gabriel seorang?

"Gabriel, besok sibuk?"

"Enggak, besok aku free demi kamu," jawab Gabriel cepat.

Zilva menghela napas lagi. "Bukan gitu, Gabriel. Aku gak paksa kalau kamu sibuk. Aku tunggu waktu luangmu besok."

"Jam enam malam, aku langsung ke rumahmu."

"Oke, aku tunggu."

Selesai. Hanya itu saja percakapan mereka. Zilva langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa berniat basa-basi dengan kekasihnya itu.


♫~♥~♫


Zilva terperanjat ketika mendengar suara motor yang sudah sangat lama tak pernah ia dengar.

Luar biasa, batin Zilva berseru. Jam 17.59 Gabriel datang dan masih lengkap dengan seragamnya yang tertutup jaket hitam legam.

"Ah, ganteng banget kamu, Gabriel," gumam Zilva tanpa sadar saat melihat Gabriel memasuki rumahnya.

Gabriel yang mendengarnya tersenyum manis dan berkata, "Terima kasih, Zilva Sayang. Kamu juga tambah cantik setiap harinya."

Gadis itu tersadar dari lamunannya. Ia langsung membuang muka dan kembali memainkan game yang tadi sempat terhenti karena kedatangan Gabriel.

"Maaf, Zilva aku mau charge energi dulu." Setelah membuka jaket dan ia taruh di sandaran sofa, tiba-tiba Gabriel mendekat dan memeluk Zilva dari belakang.

Zilva tersentak sebentar lalu mulai membiasakan diri karena pelukan itu. Lalu ketika sudah rileks, bulu kuduknya meremang seketika saat Gabriel tiba-tiba mengendus dan menciumi tengkuknya yang tidak tertutup oleh kaos.

Boyfriend In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang