27.

41.5K 2.1K 116
                                    

Let's start!

Hari berlalu, sesuai ucapan mertuanya kemarin.

Bahwa siang ini, ia akan pergi membeli perlengkapan untuk anak-anaknya yang akan terlahir untuk melihat dunia, sekaligus mengenalkan anak angkatnya.

Rajendra kekeh tidak ingin berangkat ke sekolah dengan alasan ia akan menemani Maureen dan untuk memberitahu tentang Maren pada sang ibu.

"Maren." Panggil Maureen pada anak sulungnya.

Maren menolehkan kepalanya kebelakang, dan terlihat sang bunda sedang berjalan menghampirinya.

"Maren mau ikut gak?" Tanya Maureen yang sudah duduk di samping Maren.

"Kut?"

"Iya, Maren mau ikut main sama Bunda terus sama Ayah nanti ada nenek juga." Kata Maureen.

"Kutt! Ren kutt!" Jawab anak itu dengan semangat.

Melihat semangat anaknya, Maureen tersenyum.

"Kalo gitu Maren harus siap-siap, minta tolong ayah gih." Tunjuk Maureen pada Rajendra yang sibuk dengan game di handphonenya.

Maren menganggukkan kepalanya semangat, dengan langkah kecilnya ia menghampiri sang ayah.

"Yah!" Panggil Maren sambil memukul paha Rajendra.

Namun saking fokusnya, Rajendra tidak mendengar panggilan Maren.

Karena kesal, Maren melempar lego yang berada di tangannya ke wajah Rajendra.

"Anjing!" Umpat Rajendra cukup keras.

"Rajendra, mulutnya." Ucap Maureen yang sedang berjalan menuju halaman belakang.

"Iyaa, maaf." Ucap Rajendra sedikit cuek..

Kemudian Rajendra mengalihkan pandangannya ke bawah.

"Apa? kamu gak boleh lempar-lempar gitu, gak sopan." Peringat Rajendra.

"Antu ren, ciap-ciap yah!" Kata Maren sedikit berteriak.

Rajendra sedikit tersentak mendengar teriakan anaknya dengan nada yang melengking dan jaraknya tidak ada 1 meter sama sekali.

"Buset dah. anak siapa sih, nyebelin amat." Gumam Rajendra sambil bergerak turun dari sofa.

Ia mengangkat tubuh kecil itu dan membawanya ke kamar miliknya dan maureen untuk membantu anaknya bersiap-siap.

Setelah sampai di kamar, keduanya langsung menuju kamar mandi.

Rajendra membantu anaknya membersihkan tubuhnya, setelah itu ia juga membantu sang anak berganti baju dengan baju yang sudah di siapkan oleh istrinya.

Dengan telaten Rajendra menyisir rambut halus anak sulungnya, kemudian ia menyemprotkan parfum miliknya ke tubuh anak itu.

Tak lama, pintu kamar terbuka menampakkan Maureen yang baru kembali dari halaman belakang.

"Ndaa!" Sapa Maren pada bundanya.

"Ah, wanginya anak bunda." Kata Maureen sambil berjalan ke arah keduanya.

"Ren dah ciap!"

"Iya. bunda siap-siap dulu kalo gitu, Maren tunggu sama ayah." Kata Maureen sambil mengecup pipi sang anak.

Maren menganggukkan kepalanya, sedangkan Rajendra sudah kembali fokus pada ponselnya.

"Jen, jagain Maren." Ucap Maureen masuk ke kamar mandi.

RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang