21.

85.1K 4.8K 606
                                    

Let's start!

Setelah selesai urusan di rumah sakit, Maureen pergi ke cafe yang cukup jauh dari rumahnya untuk merilekskan pikirannya.

Itu memang jauh dari area rumah sakit yang ia kunjungi, tapi selama itu bisa membuat hatinya puas ia tidak masalah sama sekali.

Maureen meminum milk shake yang ia pesan tadi.

Kepalanya pusing memikirkan cara berbicara pada Rajendra bahwa ia sedang mengandung anak laki-laki itu.

Sebenarnya itu terlihat mudah, namun Maureen gugup.

Gadis itu mengelus perutnya yang masih cukup rata, ia tidak menyangka bahwa bayi itu sudah hadir selama 2 bulan di perutnya.

Maureen sedikit memikirkan makanan apa yang ia makan bulan kemarin.

Apakah itu menyakiti bayinya?

Tapi jika di pikir-pikir lagi, Maureen bukanlah tipe orang yang makan sembarangan.

Maureen mengehela nafas, kepalanya benar-benar sakit memikirkan bagaimana kelanjutan dari semuanya.

Ia mengedarkan pandangannya melihat ke sekeliling, masih sangat asri.

Maureen menghirup nafas dengan rakus sambil menutup matanya.

Gadis itu memutuskan untuk berhenti memikirkan hal-hal yang muncul di kepalanya agar merasa tenang.

Tak kerasa ia sudah menghabiskan waktu hampir 2 jam di tempat ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 lebih 15, tandanya 1 jam lagi Rajendra pulang.

Dengan cepat Maureen membereskan barang-barang yang sempat ia keluarkan.

Kemudian ia pergi ke kasir untuk membayar makanan dan minuman yang ia pesan.

Setelah selesai, Maureen duduk di luar menunggu taxi yang lewat.

30 Menit lagi waktu akan menunjukkan pukul 3, dan ia baru mendapatkan taxi setelah menunggu hampir 15 menit.

Perjalanan dari tempat itu ke rumahnya membutuhkan waktu 35 Menit.

Bayangkan saja berapa tarifnya.

***

"Nanti malem kita nongkrong," Ucap Elang mengawali percakapan.

"Liat situasi di rumah dulu, takutnya waktu pulang nanti baju gue udah di depan pintu" Jawab Raegan.

"Lebay lo, tinggal check in hotel." Kata Rayan dengan nada mengejek.

"Lebay-lebay, pala lo sini gue genjreng sampe mampus!" Dengus Raegan.

Rayan meletakkan lidahnya kearah Raegan.

Dengan emosi yang sudah meningkat, ia mengangkat tangannya berancang-ancang untuk memukul Rayan.

Namun laki-laki itu sudah berlari terlebih dulu, Raegan yang melihat itu langsung ikut berlari meninggalkan Elang dan Rajendra.

"Tu berdua napa gak bisa akur dah," Ucap Elang.

"Emangnya apa yang lo harapin dari mereka? kedamaian? yang satu emosian yang satu lagi mancing emosi, gimana bisa." Jawab Rajendra dengan penjang.

RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang