25.

68.2K 3.2K 175
                                    

Let's start!

"Ren!" Panggil Rajendra yang baru memasuki ruangan itu.

Mendengar panggilan Rajendra, Maureen langsung menoleh ke belakang karena posisinya membelakangi pintu.

Rajendra berjalan kearah bed yang di tempati oleh Maureen dan maren.

Maureen dapat melihat raut Rajendra yang sedikit terkejut.

"Nen?" Tanya laki-laki itu pada Maureen.

"Iya, tadi Maren mau susu tapi kalo nunggu lo takut kelamaan jadi gue kasih nen dulu." Jawab Maureen sambil mengusap rambut halus milik anak angkatnya.

Rajendra mengangguk mengerti.

"Lepas aja, lagian susunya juga udah dateng." Kata Rajendra dengan nada sedikit tidak ikhlas.

Maureen menganggukkan kepalanya, kemudian dengan perlahan ia mengeluarkan putingnya dari bibir anaknya.

Dan dengan segera ia menutup payudaranya dan membenahi bajunya.

"Makan dulu yuk, lo belum makan." Ajak Rajendra pada Maureen yang baru saja selesai merapihkan pakaiannya.

"Gue belum laper." Jawab Maureen.

"Perut lo gak boleh kosong, anak kita butuh nutrisi di dalem sana." Bujuk Rajendra sambil mengelus perut Maureen yang terhalangi oleh Anak sulungnya.

Maureen sedikit mendengus malas.

"Ya udah deh, lo beli makanan kan?" Tanya Maureen pada suaminya.

"Udah, sini gue bantu." Kata Rajendra membantu Maureen untuk turun dari bed yang di tempati Maren.

Dengan perlahan Maureen turun dari bed dengan bantuan Rajendra kemudian keduanya berjalan ke arah sofa yang berada di ruangan itu.

"Kapan mau ngasih tau orang tua kita, kalo kita angkat Maren sebagai anak sulung?" Tanya Maureen.

"Secepatnya."

***

Beberapa jam berlalu dan hari juga sudah berganti.

Sekarang tepat hari senin, dimana para pelajar harus mulai memutar otak lagi untuk pelajaran.

Begitu pula dengan Rajendra, ia harus bersekolah tapi sebelum berangkat ia mengantarkan istri dan anaknya ke rumah terlebih dahulu.

Sebenernya ia tidak yakin akan meninggalkan Maureen dan Maren berdua di rumah, apalagi Maren sudah mulai aktif lagi.

"Lo gak apa-apa gue tinggal sama Maren? Maren kan lagi aktif-aktifnya." Ucap Rajendra pada Maureen sebelum berangkat ke sekolah.

"Gak apa-apa, nanti kan ada bi Murni yang bantu jaga." Jawab Maureen yang tidak terlalu ambil pusing.

"Kalo ada apa-apa telepon gue ya." Ucap Rajendra mewanti-wanti.

"Santai, udah sana berangkat nanti telat." Suruh Maureen sambil mendorong kecil tubuh Rajendra.

Rajendra menganggukkan kepalanya, dan masuk ke dalam mobil yang akan ia tumpangi hingga ke sekolah.

Setelah mobil itu tidak terlihat lagi di pandangnya, Maureen masuk ke dalam rumah yang ia tempati dengan suami dan anaknya.

Maureen sebenarnya bingung harus melakukan apa, daripada terlihat seperti pengangguran.

RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang