26.

75.8K 3.4K 244
                                    

Let's start!

Jam sudah menunjukkan pukul 5 Sore, Rajendra sudah pulang dari sekolah 2 jam lalu.

Kini ia sedang menemani Maren bermain dengan mainan, yang Rajendra beli saat pulang sekolah.

Maren tentu senang mendapatkan mainan pertamanya, anak itu terlihat lebih sehat sekarang.

"Maren suka?" Tanya Rajendra sedikit canggung.

Maren diam mencerna apa yang di katakan Rajendra, dan tak lama setelah itu ia mengangguk.

Tandanya Maren menyukai mainan yang Rajendra beli.

Sebenernya Rajendra paling tidak bisa berhubungan atau mengobrol dengan anak kecil, tapi ia harus terbiasa.

Sebentar lagi di umurnya yang masih muda, ia sudah mempunyai 3 anak.

"Den." Panggil bi Murni.

Rajendra langsung menolehkan kepalanya.

"Kata neng Maureen, mainnya di kamar aja terus aden kecil juga harus bersih-bersih udah sore." Kata bi Murni menyampaikan pesan dari Maureen.

"Iya, makasih bi." Jawab Rajendra, kemudian pemuda itu langsung mendekati Maren yang sibuk dengan dunianya.

"Maren, bersih-bersih dulu yuk." Ajak Rajendra sambil merentangkan tangannya agar ia bisa menggendong Maren.

Namun Maren tidak merespon Ayahnya sama sekali.

"Hey!" Seru Rajendra sekali lagi sambil mengelus rambut Maren.

"Iyem (Diem)." Sahut Maren pada Rajendra.

Rajendra mendengus, ia langsung mengangkat Maren sehingga membuat anak itu berteriak kesal pada ayahnya.

"Tulun!! (Turun)." Teriak Maren pada Rajendra.

"Diem."

Namun Maren tidak menghiraukan Rajendra, ia terus bergerak di gendongan Rajendra.

Hal itu membuat Rajendra mempercepat langkahnya, hingga ketika sampai di depan pintu kamar.

Ia langsung membukanya dan buru-buru menyimpan Maren yang sudah menangis di atas ranjang, di sebelah Maureen.

"Loh? Kok nangis?" Tanya Maureen, ia langsung menyimpan handphonenya di atas nakas samping kasurnya.

"Gak nurut, gue gendong paksa." Kata Rajendra yang sedang membuka ponsel miliknya.

"Ndaa!" Panggil Maren dengan tangisnya.

"Sini sayang." Maureen membuka lengannya, agar Maren masuk ke pelukannya.

Maren buru-buru masuk ke pelukan bundanya, dan menangis di dada Maureen.

"Maren kenapa hm?" Tanya Maureen dengan lembut sambil menyisir rambut anak sulungnya.

"Ainan alen, yah atoh." Kata anak itu dengan lirih.

"Sekarang bersih-bersih dulu yuk, nanti mainan Maren bunda ambilin." Bujuk Maureen.

Maren menggelengkan kepalanya.

RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang