3. Hari pernikahan

3.6K 95 28
                                    

"Bukan hanya percintaan, kenyataan juga menyakitkan."

•••

“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Jovan Malik Rezvan bin Malik Rezvan dengan anak saya yang bernama Sheraphina binti Jafran Darmawan dengan maskawinnya berupa uang sebesar 100jt, Tunai.”

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Sheraphina binti Jafran Darmawan dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai."

"Sah?"

"SAH!"

Wajah-wajah tegang para tamu yang hadir akhirnya rilex kembali dan bisa bernafas lega ketika acara ijab kabul berjalan dengan lancar.

Penghulu paruh baya itu mulai membacakan doa dan di Aamiin-kan oleh mempelai pria dan wanita. Setelah selesai membacakan doa, kedua mempelai harus menandatangani buku nikah.

Jovan meraih tangan Shera dengan ragu-ragu dan menyematkan cincin pernikahan di jari manisnya, begitupun sebaliknya.

Setelah selesai memasangkan cincin masing-masing, mereka berdua berjalan ke arah kursi pengantin untuk menyambut para tamu yang hadir.

Beberapa teman kuliah Jovan juga hadir di acara pernikahannya, mereka semua mengucapkan selamat dan tak sedikit yang menanyakan mantan kekasih Jovan.

Acara pernikahan di gelar dengan sangat meriah dengan 1000 undangan yang keluarga Jovan dan Shera bagikan untuk kerabat ataupun rekan bisnis.

Seorang wanita dengan pakaian glamor berjalan ke arah Jovan dengan senyum mengembang.

"Selamat ya, sayang. Akhirnya kamu tidak sendiri lagi," Ucap Nesya. Perempuan itu memeluk badan besar sang anak dengan rasa bahagia.

"Maa," suara tertahan Jovan membuat Nesya terkekeh pelan.

Nesya berpindah memeluk Shera. "Akhirnya Mama punya menantu sekaligus teman belanja," ujarnya antusias.

Shera hanya tersenyum menanggapi ucapan mertuanya.

"Saya percayakan Shera sama kamu, tolong jaga dia seperti saya menjaganya, jika Shera berbuat salah tegur dia baik-baik jangan pernah bermain tangan. Jika kamu tidak sanggung menjaga Shera tolong kembalikan dia pada saya." ucap Jafran. Ayah Shera itu melepas pelukannya pada Jovan dan menepuk bahunya singkat.

Jovan mengangguk dengan pandangan lurus dan tersenyum tipis, "iya," ucapnya.

Para orang tua akhirnya meninggalkan Jovan dan Shera untuk memberi mereka ruang.

Shera tampak tidak nyaman setelah hampir satu jam berdiri berdampingan dengan Jovan untuk menyambut para tamu.

Kakinya terasa pegal dan ingin rasanya Shera melepas high heels yang sekarang tengah di pakainya. Tidak ada pilihan lain, Shera menatap wajah pria yang berada di sampingnya dan mencolek-colek lengan pria tersebut.

Jovan menoleh ke arah kanannya, "apa?" tanyanya.

"Aku boleh duduk gak?"

Jovan diam beberapa saat seperti memikirkan sesuatu sampai akhirnya Ia memperbolehkan Shera untuk duduk.

"Duduklah," jawab Jovan singkat.

"Terima kasih, ya."

Jovan mengangguk. "Hm. Lepas saja high heelsnya."

"Tidak perlu, nanti mereka akan memandang ku aneh," ucap Shera setengah berbisik.

___••___

Akhirnya acara resepsi pernikahan selesai pukul 7 malam, para tamu udangan sudah berkurang sejak pukul 5 sore.

Jovan dan Shera sudah pergi menuju hotel yang akan mereka tempati sebelum besok mereka pulang ke rumah yang sudah Jovan beli.

Sher Untuk Jo [SlowUp]Where stories live. Discover now